(dari kiri) Pendaftar Bacarek ITS Hamzah Fansuri, Agus Rubiyanto, Aulia Siti Aisjah, moderator Triyogi Yuwono, Bambang Pramujati, dan Agus Mardyanto pada pemaparan Bacarek ITS Periode 2019-2024 di Gedung Research Center

Kampus ITS, ITS News – Pemaparan strategi dan program unggulan oleh pendaftar bakal calon rektor (bacarek) ITS, Rabu (13/11), telah memasuki hari kedua. Adalah Agus Mardyanto ME PhD, Prof Dr rer nat Agus Rubiyanto MEng Sc, Hamzah Fansuri SSi MSi PhD, Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD dan yang terakhir Prof Dr Ir Aulia Siti Aisjah yang akan memaparkan gagasannya untuk pengembangan ITS selama periode 2019-2024 mendatang.

Dengan mengusung jargon MAM untuk ITS, Agus Mardyanto mengawali pemaparan gagasan pendaftar bacarek ITS. Ia menjelaskan, jargon yang digunakannya tersebut merupakan singkatan dari membangun ITS, akselerasi, inovasi, mensejahterakan, transformasi digital serta sinergi. Menurutnya, makna dari membangun ITS tidak lain karena ITS saat ini masih berada dalam kategori research university. “Untuk ke depannya ITS dituntut menjadi research university and innovative university pada tahun 2025 serta Entrepreneurial University pada tahun 2040 mendatang,” tutur pria yang akrab disapa Mam ini.

Oleh karenanya, lanjut Mam, untuk bisa menjadikan ITS sebagai research university and innovative university tersebut diperlukan perubahan yang akselerasi atau tidak konstan. “Di sinilah pentingnya kemampuan berinovasi, transformasi digital, kerjasama dengan semua unit,” ujarnya.

Dijelaskan lebih lanjut, mengenai Entrepreneurial University sendiri, sebenarnya ITS sudah memiliki bekal untuk menciptakan wirausaha muda. “Hal ini dapat dilihat dari produk ITS berupa motor listrik Garansindo Electric Scooter (GESITS) ITS yang siap dikomersialkan,” imbuhnya.

Sementara pendaftar bacarek dengan nomor urut 12, Agus Rubiyanto memaparkan program unggulannya yakni internal, inovasi, internasionalisasi dan ibadah. Menurutnya, mahasiswa baru menduduki posisi penting penguatan internal dengan cara diberikan pemahaman ilmu sains, teknologi dan keteknikan. “Bukan pemahaman yang sebatas hafalan saja, melainkan mampu memecahkan solusi dengan ilmu yang mereka punya,” kata Agus.

Selanjutnya, pria kelahiran Surabaya ini juga menjelaskan bahwa inovasi sangat dibutuhkan oleh tenaga-tenaga terampil. Dengan adanya inovasi, hilirisasi penelitian menjadi suatu kebutuhan. “Dalam hal ini, akademisi dapat berperan sebagai peneliti dengan dibantu oleh praktisi untuk merealisasikan penelitian tersebut,” ujarnya.

Lain halnya dengan program internal yang diusung oleh Agus Rubiyanto, pembicara ketiga yakni Hamzah Fansuri lebih menekankan penguatan internal dalam hal proses penjaminan mutu. ”Pembelajaran pun harus diperhatikan mutunya, sehingga mampu menghasilkan luaran yang diharapkan,” ucap Dosen Departemen Kimia tersebut.

Sementara itu, jargon bersama mengukir prestasi menuju ITS Emas dibawakan dengan penuh semangat oleh Bambang Pramujati. Ia mengatakan, jargon tersebut sengaja diusungnya untuk merepresentasikan capaian ITS yang excellent, mendunia, amanah serta sumbangsih. “Poin excellent dapat diwujudkan dengan cara memfasilitasi kewirausahaan bagi dosen dan tendik pra pensiun,” paparnya.

Menurut Pria yang menjabat Kepala Departemen Teknik Mesin tersebut, saat ini ITS memiliki inkubator bagi mahasiswa yang ingin berkecimpung dalam dunia usaha. Akan tetapi, fasilitas tersebut belum bisa ditujukkan bagi dosen maupun tendik yang akan pensiun. ”Kedepannya inkubator tersebut dapat dimanfaatkan juga oleh dosen dan tendik,” terangnya.

Sebagai pembicara penutup, Aulia Siti Aisjah menerangkan salah satu program unggulannya yang tidak dimiliki oleh pendaftar bacarek lain yaitu Keluarga ITS-asah, asih, asuh, sentosa dan menghargai keberagaman. “Sebagai seorang wanita, tentunya saya tahu betul bagaimana pentingnya menciptakan dan menumbuhkan kebersamaan sebagai satu keluarga ITS,” pungkasnya. (cha/owi)