ITS News

Sabtu, 05 Oktober 2024
19 November 2018, 11:11

Membaca Prospek Industri Kreatif di Indonesia

Oleh : itsmis | | Source : -

Keenan dan Timi saat menjadi pembicara di Manifest Technoculture 2018 oleh Departemen Manajemen Bisnis ITS

Kampus ITS, ITS News – Saat ini industri kreatif menjadi industri yang terus berkembang di seluruh dunia. Namun, industri kreatif di Indonesia dianggap masih belum menjadi industri yang menjanjikan. Guna mengupas hal tersebut, Keenan Pearce dan Timothy Hendrawan dari Makna Creative didapuk jadi pemateri dalam Management Business Festival (Manifest) Technoculture 2018 oleh Departemen Manajemen Bisnis (MB) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Jumat (16/11).

Co-Founder & Managing Director of Makna Creative, Keenan Pearce melihat bahwa desain itu bisa memberikan output yang sangat banyak, bukan hanya logo atau kalender. Desain punya medium yang luar biasa banyak. “Saat ini desain itu penting dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya kepada peserta yang hadir di Balai Pemuda Surabaya.

Makna Creative sendiri merupakan laboratorium kreatif yang bergerak untuk melakukan eksperimen berbau visual. Makna Creative ini menghasilkan luaran berupa desain grafis yang berbentuk video, print, atau konten untuk sebuah merek.

Ketika ingin memulai sebuah bisnis, lanjut Keenan, kita dituntut untuk menjadi kreatif. Kreativitas itu terlalu dikotak-kotakkan, seperti jago menari, menggambar, atau menyanyi. Namun menurutnya, kreativitas itu adalah proses bagaimana cara kita menyelesaikan suatu masalah.

Keenan mengatakan, penting untuk tidak menjadi orang yang suka menunda-nunda saat masalah itu datang. Hal tersebut menyebabkan kita menjadi orang yang tidak kreatif ketika kita sering menunda-nunda masalah. “Kita harus cepat untuk menyelesaikan sebuah masalah,” ujar Keenan, pria satu anak ini.

Timothy Hendrawan, Art Director of Makna Creative mengatakan bahwa sepuluh tahun lalu, industri kreatif seperti ini tidak terlihat. Namun saat ini, banyak orang yang mulai terjun di industri kreatif. Karena menurutnya industri kreatif itu membuat orang lain ikut-ikutan. “Orang-orang ingin menjadi kreatif, namun ujung-ujungnya konten yang mereka buat itu tidak ada isinya,” terangnya.

Kreatif itu seperti dokter, menyembuhkan penyakit-penyakit visual lainnya. “Jadi di Makna Creative ini, kami menjadi dokter visual, kami bertugas untuk menyelesaikan masalah-masalah visual,” ujar pria yang akrab disapa Timi ini.

Menurutnya, desain itu harus bisa berbicara tanpa kita harus memberitahukan apa maksud dari desain tersebut. “Cara agar membuat desain yang dapat diterima oleh orang banyak itu kita harus memperkaya diri dengan sesuatu yang berhubungan desain yang akan dibuat,” jelasnya.

Desain itu persepsi, ada yang suka ada yang tidak suka. Maka untuk membuat desain kita itu disukai oleh orang lain, sambung Timi, kita harus menyelami ke pribadi orang yang kita tuju. Penting untuk kita tahu siapa yang akan melihat karya kita. Selain itu, kita harus tahu tujuan dari sesuatu yang akan dibuat. “Semakin kita tahu tujuannya, semakin kita tahu karya ini disukai atau tidak,” Timi.

Kemudian setelah kita tahu tujuan kita, kita perlu mencari referensi. Kita perlu memperkaya mata kita dengan memperbanyak melihat dan kritis ketika melihat sesuatu. Kita perlu melihat perspektif- perspektif yang baru.

Kebiasaan bagus yang perlu dibangun menurut Timi yaitu janganlah cepat puas dengan apa yang kita kira itu bagus. “Sesuatu yang kita kira bagus itu belum tentu bagus dimata orang lain. Ketika melihat suatu desain itu jangan hanya melihat visualnya saja tapi lihat tujuannya juga,” tutupnya. (naj/owi)

Berita Terkait