Kampus ITS, ITS News – Dua gelar juara berhasil diraih oleh pesawat tanpa awak tim Bayucaraka pada ajang Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) yang dilaksanakan di Universitas Teknokrat Muda Indonesia, Lampung sejak Senin (5/11) lalu. Meski sempat mengalami beberapa kendala teknis, mahasiswa ITS tetap mampu menduduki peringkat dua pada cabang perlombaan Racing Plane dan Vertical Take-Off Landing.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Bayucaraka mengirimkan empat sub-tim untuk berlaga sesuai dengan cabang perlombaan KRTI sendiri, yakni Divisi Racing Plane (RP), Divisi Fixed-Wing (FW), Divisi Vertical Take-off and Landing (VTOL), dan Divisi Technology Development (TD). Dengan tema kesiapsiagaan bencana, pesawat tanpa awak ITS ditantang untuk dapat menanggulangi kondisi saat bencana, seperti mengirimkan logistik ke daerah yang terisolir.
Kompetisi tidak berjalan mudah bagi tim Bayucaraka. Baru memasuki uji coba lapangan sehari sebelum pertandingan, pesawat JJ10v3 dengan nama Wahana yang mengikuti kategori lomba RP tiba-tiba mengalami lost contact. Celakanya, pesawat ditemukan berada dalam lumpur sedalam 15 centimeter. “Kejadian ini sangat berbahaya bagi motor pesawat dan perangkat di dalamnya,” ujar Ramadhian Ekaputra, salah satu anggota tim.
Kondisi tak terduga itu mengharuskan tim Bayucaraka bekerja lembur membersihkan dan memperbaiki kondisi pesawat. Beruntung kerja keras seluruh tim berbuah manis setelah pesawat dapat terbang dengan normal keesokannya.
Namun bencana lain datang saat hari perlombaan tiba. JJ10v3 yang sedang mengudara tiba-tiba dihantam angin dari samping hingga mematahkan salah satu bagian ekor pesawat. Beruntung keunggulan desain Bayucaraka membuat pesawat ini tetap mampu mendarat dengan baik. Setelah sempat diuji dengan lawan tangguh di babak semifinal, pesawat ini pun mampu menyelesaikan persaingan di kategori RP dengan menempati urutan dua.
Sementara itu dari cabang VTOL, unmanned aerial vehicle (UAV) buatan mahasiswa ITS ditantang untuk melakukan simulasi pengiriman bahan logistik ke daerah yang terisolir karena bencana alam. Drone yang diberinama Soero Miber tersebut harus menjemput survival kits atau keperluan logistik terlebih dahulu sebelum mengirimkannya ke lokasi yang telah ditetapkan. “Pertandinan diakhiri dengan landing ke posisi awal. Tim tercepat menyelesaikan misi yang jadi pemenang,” jelas Hamid Yusuf, salah satu anggota Devisi VTOL.
Desain yang rapih dan cukup ringan membuat pesawat tim Bayucaraka dapat melakukan simulasi dengan baik. Pesawat tersebut berhasil terbang cukup rendah untuk menjatuhkan survival kits yang dibawa tanpa perlu mendarat. Tak ayal tempat kedua pun berhasil diamankan pada kategori VTOL ini.
Menurut Ichlasul, kemenangan mereka tidak lepas dari dukungan dosen pembimbing dan sponsor. “Usaha yang dilakukan sudah maksimal, namun kami yakin masih ada yang lebih baik lagi untuk kami. Oleh karenanya, perjuangan belum usai,” ujar mahasiswa Departemen Teknik Elektro itu.
Unmanned aerial vehicle atau pesawat tanpa awak memang telah berkembang dengan pesat di ranah riset unmanned system (system nir-awak). Penggunaan tipe pesawat ini sangat berguna untuk bidang pertahanan, riset, industri, maupun sipil sehingga secara rutin diperlombakan pengembangannya pada ajang KRTI oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (mia/mik)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi