ITS News

Selasa, 19 November 2024
30 November 2018, 20:11

Menyiapkan Mahasiswa Bidikmisi ITS Jadi Pengusaha

Oleh : itsmis | | Source : -

Penyerahan kenang-kenangan kepada Natasya Ardiani (kanan) sebagai pemateri di Talkshow Inspirasi Bidikmisi ITS

Kampus ITS, ITS News – Untuk menjadi pengusaha di era revolusi industri 4.0 ini, pemanfaatan teknologi dinilai penting. Oleh Bidik Misi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), digelar Talkshow Inspirasi bertajuk Startup, Bisnis Investasi Terbaik Mahasiswa Bidikmisi untuk menyiapkan calon-calon pengusaha dari kampus Pahlawan.

Talkshow yang diwajibkan untuk mahasiswa penerima bidikmisi ITS ini menghadirkan dua pembicara. Adalah Endrik Widodo ST, seorang pengusaha dan Natasya Ardiani, sebagai Head of Business Development & Marketing, ShopeePay yang berlangsung di Grha Sepuluh Nopember ITS, Minggu (25/11).

Materi pertama yang dibawakan oleh Endrik Widodo ST membicarakan mengenai ITS dalam perspektif bisnis. Menurut alumnus ITS ini, posisi geografis ITS itu sangat strategis untuk perdagangan. “Jadi, kita sebagai mahasiswa ITS harus bisa membuat teknologi yang mendukung perekonomian Indonesia,” ujarnya.

Selain itu, mahasiswa juga harus memahami tentang trend masa depan. Dengan mengetahui trend, sambungnya, maka kita dapat mempersiapkan apa saja yang ingin kita dicapai kedepannya. “Karena persiapan merupakan modal sukses yang luar biasa,” ujar pria asal Ngawi ini.

Dikatakan Endri, untuk membangun sebuah usaha ada beberapa aspek yang harus diperhatikan. Pertama adalah adanya market atau pasar. “Kita harus tahu siapa yang akan menjadi pelanggan. Kemudian, paham akan permintaan dan penawaran pasar,” ucapnya.

Pemilik bisnis Konveksi Merah Putih ini mengatakan, relasi dalam bisnis sangatlah penting. Karena, diungkapkan Endri, beberapa ide usaha yang berhasil ia jalankan sekarang muncul ketika ia sedang bertukar pikiran dengan teman-temannya.

Pemateri kedua, Natasya Ardiani, menerangkan bahwa sekarang ini serapan tenaga kerja yang paling banyak berada di bidang teknologi. Sehingga, perlu dipahami dan disadari bahwa latar belakang pendidikan bukan segalanya. “Ini tidak menutup kemungkinan untuk anak hukum belajar ngoding,” ujarnya.

Lulusan jurusan Hubungan Internasional ini mengungkapkan, ketika melanjutkan ke jenjang S2, latar belakang dari pendidikan itu hanya berbobot dua puluh persen saja. “Sedangkan, bobot penilaian yang paling tinggi adalah dari esai. Karena di situ mencerminkan tentang dirimu, maka maksimalkanlah,” sarannya kepada peserta talkshow. (naj/owi)

Berita Terkait