ITS News

Senin, 25 November 2024
10 Desember 2018, 11:12

Gempa Lombok Terjadi Lagi, Ini Kata Ahli Geologi ITS

Oleh : itsmis | | Source : -

Foto Ahli Geologi ITS Dr Ir Amien Widodo MSi

Kampus ITS, ITS News – Setelah merasakan duka tiga bulan yang lalu, Lombok kembali diguncang bencana gempa bumi. Gempa berkekuatan 5,7 Skala Richter telah mengguncang Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat pada Kamis (6/12). Kondisi gempa yang terus berulang di daerah yang sama ini menjadi perhatian Dr Ir Amien Widodo MSi, Dosen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk angkat bicara tentang kondisi patahan di Lombok.

Dikatakan Amien, gempa di Lombok terjadi akibat aktivitas bidang sesar (patahan naik) Flores. Dalam istilah geologi disebut Flores Back Arc Thrust atau sesar naik busur belakang yang memanjang di dalam laut dari utara Pulau Flores hingga Laut Utara Lombok. “Pusat gempa yang terjadi di daratan Lombok itu adalah proyeksi vertikal dari sebuah titik di kedalaman bumi atau hiposenter,” jelasnya.

Pergerakan bidang sesar atau patahan Flores ini dimulai sebelum menyebar menjadi pergerakan bidang sesar yang melepaskan energi berupa gelombang gempa. Menurut prediksi Amien, posisi patahan naik Flores itu tidak hanya berada di satu tempat, melainkan berada di tempat yang berbeda dalam waktu yang berbeda pula. “Oleh karena itu, gempa susulannya terjadi berulang-ulang,” jelas Kepala Laboratorium Geofisika Teknik dan Lingkungan, Departemen Teknik Geofisika ITS.

Amien melanjutkan, kepulauan Indonesia dilewati oleh lempeng Samudera Hindia-Australia yang mendorong ke arah utara, mulai dari Jawa-Bali–Lombok. Kali ini, tambahnya, daerah Lombok itu spesial kondisi gempanya. Berdasarkan teori, gempa bumi pertama muncul berskala besar, dan selanjutnya diikuti banyak gempa bumi susulan yang skalanya lebih kecil dari yang pertama. Hal itu terjadi terus menerus hingga tidak didapatkan getaran sama sekali. “Prinsip getarannya berurutan, yakni sangat besar, besar, kecil, sangat kecil, lalu tidak ada getaran sama sekali,” imbuhnya.

Di bulan Agustus lalu, setelah terjadi gempa susulan dari pusat gempa pertama, muncul gempa berskala lebih besar lagi dan terjadi secara berulang. Kemudian, muncul beberapa hari lalu muncul gempa lagi dalam selang waktu tiga bulan dari gempa di bulan Agustus. “Hal ini cukup menyimpang dari teori dan menjadi sebuah fenomena baru dalam ilmu kebumian, perlu dikaji lagi,” jelas Amien kepada ITS Online.

Antisipasi Gempa
Dikatakan alumnus Universitas Gadjah Mada ini, masyarakat Lombok tidak perlu terlalu panik ketika menghadapi Gempa. Ada kiat-kiat khusus yang harus dilakukan untuk menyelamatkan diri saat gempa bumi berlangsung. Pertama, jika sedang di dalam rumah maka yang harus dilakukan adalah merunduk dan berlindung di bawah meja. Sembari menunggu gempa selesai, setelahnya bisa keluar ruangan. Kedua, jika berada di luar ruangan, maka merunduk dan melindungi kepala, kemudian bergerak menuju ke tanah lapang. “Jika ada tsunami, maka harus berpindah ke dataran yang lebih tinggi seperti gedung tingkat atas,” paparnya.

Tak hanya berbekal soal persiapan diri, Amien juga menyarankan untuk memperbaiki atau membangun rumah sesuai dengan kriteria yang ada dalam peraturan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). “Ketika rumah telah lulus IMB, maka dampak kerusakan bangunan akibat gempa bumi bisa ditekan,” pungkas Amien. (rio/owi)

Pusat gempa lombok pada 5 Desember 2018 lalu yang bisa dilihat dari satelit

Berita Terkait