Kampus ITS, ITS News—Hadir dalam Focus Group Discussion (FGD) Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (IKA ITS), Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dr Ir Dwi Soetjipto MM, memaparkan sedikit gambaran mengenai kondisi migas Indonesia. Bertempat di Research Center ITS pada Sabtu (16/2), Ketua PP IKA ITS ini juga menyebut perlunya transformasi dalam revitalisasi migas Indonesia.
Pria yang akrab disapa Dwi ini mengatakan masih banyak orang yang menganggap cadangan migas Indonesia sudah mulai menipis. Padahal, ia memaparkan Indonesia memiliki 128 cekungan migas. Dari cekungan yang ada, eksplorasi baru dilakukan terhadap 54 cekungan saja dengan cadangan minyak sekitar 3,8 miliar barrel. “Masih ada 74 cekungan lagi yang bisa dieksplorasi dengan persediaan minyak di atas tujuh miliar barel,” ungkapnya.
Untuk menindaklanjuti eksplorasi cadangan tersebut, Dwi menjelaskan perlu adanya investor untuk menjadikan industri migas indonesia sebagai industri yang menarik dan mampu bersaing. Untuk itu, setidaknya terdapat lima transformasi yang dibutuhkan untuk merevitalisasi migas Indonesia.
Poin pertama yang dikemukakan Dwi adalah industri migas harus lebih efisien. Ia menyinggung salah satu cara untuk mewujudkan efisiensi tersebut, yaitu melalui peralihan dari sistem cost recovery menjadi sistem gross split. Cost recovery adalah kondisi di mana dana yang dikeluarkan kontraktor untuk mengelola sumber migas akan ditagihkan ke negara untuk diganti.
Sementara itu sistem gross split dinilai lebih efisien. Hal ini dikarenakan gross split menggunakan sistem bagi hasil di mana kontraktor mau tidak mau harus memperhatikan efisiensi pengeluarannya. “Hanya saja dalam sistem ini dibutuhkan negosiasi yang baik oleh kedua belah pihak,” celetuknya.
Selanjutnya, mantan direktur pertamina ini juga merasa perlu adanya transformasi dari penggunaan minyak ke gas. Ia menerangkan jika kedepannya akan ada banyak sumber-sumber gas di Indonesia. Akan tetapi, permasalahan yang dihadapi indonesia saat ini adalah infrastruktur yang kurang memadai. “Jika infrastruktur baik, maka produksi gas di bagian upstream (belum diolah,red) akan meningkat,” tuturnya.
Poin lain yang juga disinggung Dwi adalah transformasi from west to east, yang mana memfokuskan pengelolaan migas ke Indonesia bagian timur karena memiliki peluang yang lebih besar. Selain itu, Dwi juga mengusung transformasi penambangan minyak ke arah deep water dan transformasi migas untuk masuk ke industri Petrokimia. “Nilai ekonomisnya akan meningkat dibandingkan hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar,” pungkasnya. (fat/mik)
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)
Kampus ITS, ITS News — Tim Spektronics dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali sukses mendulang juara 1 pada ajang
Kampus ITS, ITS News — Kurang meratanya sertifikasi halal pada bisnis makanan khususnya pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),
Kampus ITS, ITS News — Perayaan Dies Natalis ke-64 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah mencapai puncaknya di Graha Sepuluh