Kampus ITS, ITS News – Berdakwah merupakan kegiatan untuk menyerukan kebaikan kepada sesama muslim maupun agama lain dengan penuh kasih sayang. Berkaca dari model dakwah Nabi Muhammad tersebut, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelaksana Mata Kuliah (PMK) Sosial Humaniora (Soshum) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berikan wawasan kepada mahasiswa melalui kuliah tamu bertajuk Pendekatan Dakwah dengan Kearifan Lokal untuk Mewujudkan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin di Gedung Pusat Robotika ITS, Sabtu (23/2).
Melanjutkan tema kuliah tamu Mata Kuliah Agama Islam tentang bahaya radikalisme semester lalu, UPT PMK Soshum ITS bawakan tema dakwah dengan kasih sayang melalui pendekatan kearifan lokal. Metode dakwah yang mengedepankan kelembutan ini dianggap menjadi identitas utama umat islam, terutama di kawasan Nusantara.
Senada dengan hal tersebut, Kepala UPT PMK Soshum ITS, Drs Zainul Muhibbin MFilI memaparkan bahwa dakwah adalah menyerukan kebaikan yang bersifat mengajak secara damai dan bukan mengancam dan memaksa. Sedangkan kearifan lokal merupakan cara para ulama nusantara zaman dahulu untuk mendakwahkan Islam dengan damai. “Anugerah dari Allah bahwa negeri ini dahulu memiliki kearifan lokal yang sangat banyak, sehingga menjadi sebuah jalan pembuka bagi para ulama dahulu untuk mengajarkan islam di dalamnya,” papar pria yang kerap disapa Muhibbin ini.
Sedangkan KH Ma’ruf Khozin sebagai narasumber utama menerangkan, terdapat tiga jenis tradisi yang dikaitkan dengan agama. Pertama ialah tradisi yang merusak aqidah agama yang harus ditolak jauh-jauh. Tradisi semacam ini memang jelas bertentangan dengan nilai-nilai islam dan harus ditolak dan diperkenankan. “Meskipun islam kasih sayang, namun toleransi dalam beraqidah harus tetap ditegaskan batasannya,” jelas ulama kelahiran Malang ini.
Berikutnya, lanjut KH Ma’ruf Khozin, adalah tradisi yang dapat diisi dengan nilai-nilai keislaman di dalamnya. Tradisi-tradisi inilah yang menjadi sasaran para ulama dalam menyelipkan ajaran-ajaran Islam secara lembut. Beberapa contoh wujudnya antara lain seperti penggunaan wayang sebagai dakwah Sunan Kalijaga, pemanfaatan gamelan dan instrumen musik kuno lain, tradisi pembacaan doa untuk ibu hamil, tradisi syukuran dan lain sebagainya.
Sedangkan yang ketiga, tradisi yang tidak berhubungan dengan aqidah islam. Tradisi semacam ini boleh diterima selama dapat memberi dampak positif bagi umat. Bahkan hal semacam ini pun dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad seperti dalam penggunaan stempel dalam surat menyurat serta pemakaian tahun hijriah. “Termasuk juga dalam hal berpakaian, sebab Nabi Muhammad pun dahulu mengenakan semua jenis pakaian yang ada di zaman itu, selama tidak melanggar syarat agama,” imbuh sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Surabaya ini.
Melalui kuliah tamu yang singkat tersebut, KH Ma’ruf Khozin berpesan kepada para mahasiswa untuk tetap mengedepankan dakwah dengan kasih sayang dan berkelanjutan. Sehingga, kesabaran lah yang menjadi tantangannya. “Sekalipun Anda nanti menjadi ahli di bidang masing-masing, apabila menyangkut dakwah, jangan sampai mencaci satu sama lain,” pungkas ulama alumnus Pondok Pesantren Al-Falah, Ploso, Kediri ini. (mad/owi)
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di