ITS News, Opini – Hari ini, untuk setiap tahunnya berbagai Negara di dunia merayakan International Women’s Day (IWD) atau yang biasa kita sebut dengan Hari Perempuan Internasional. Pada tahun 2019 ini, International Women’s Day mengangkat tema ‘Balance for Better’ yang ditujukan untuk kesetaraan gender yang notabene lebih besar tentang adanya diskriminasi dan merayakan pencapaian perempuan dalam berbagai bidang dari mulai sosial, ekonomi, budaya, hingga politik. Tema ini diangkat untuk memastikan terwujudnya keadilan dan keseimbangan dalam segala aspek termasuk mengurangi adanya kesenjangan pendapatan pada gaji pria dan wanita.
Menurut World Economic Forum (WEF), masih ada jarak yang besar mengenai upah tenaga kerja antara perempuan dan laki-laki. Forum ini juga menyatakan bahwa dalam konteks penghasilan, setidaknya kita membutuhkan 202 tahun lagi untuk mencapai kesetaraan. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka keseteraan gender yang diimpikan tidak akan tercapai dalam waktu dekat.
Di Indonesia, ketimpangan penghasilan tidak banyak terjadi pada pria dan wanita di posisi dan perusahaan yang sama. Malah, masalah kesenjangan lebih banyak dikarenakan adanya ketidakseimbangan tenaga kerja. Salah satu hal latar belakangnya adalah lebih banyaknya pria yang menempati posisi atas dari pada wanita. Hal ini berarti masih ada perbedaan perlakuan berbasis gender.
Padahal, jika kesetaraan gender terwujud, Indonesia dapat memaksimalkan pendapatannya. Pernyataan ini didasarkan pada hasil survei McKinsey Global Institute (MGI) pada April 2018 yang menyatakan bahwa pada 2025 Indonesia dapat meningkatkan Produk Domestik Brutonya sebesar $135 miliar per tahun atau berada di angka 9% diatas kondisi normal jika ada percepatan kesetaraan gender. Menurut penelitian ini, ada kaitan antara kesejahteraan dan kemajuan perempuan dalam dunia kerja dengan pembangunan ekonomi. Artinya, kegagalan untuk mewujudkan potensi separuh penduduk adalah kerugian bagi pembangunan itu sendiri.
Apabila dilihat dari segi jumlah penduduk, perempuan adalah aset pembangunan yang sangat penting. Dari total jumlah penduduk di Indonesia pada 2018, jumlah perempuan di Indonesia mencapai separuhnya, yakni 131,88 juta jiwa. Bahkan, berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus tahun 2015, pada tahun 2032 jumlah penduduk perempuan lebih banyak 21 ribu dari pria.
Oleh karenanya, untuk mencapai ramalan atas kemajuan perempuan dalam dunia kerja, setidaknya ada tiga poin yang masih menjadi pekerjaan rumah Indonesia, diantaranya: meningkatkan jumlah perempuan dalam posisi kepemimpinan dalam bisnis, meningkatkan perlindungan hukum bagi perempuan, seperti kebijakan terkait pelecehan seksual dan cuti, dan mempercepat kemajuan pada partisipasi angkatan kerja.
Segala bidang dan pihak harus membuka peluang selebar-lebarnya untuk meningkatkan keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan. Untuk itu, kita memerlukan lingkungan yang sehat yang menjamin hak dan peluang yang setara yang tidak hanya menjadi sebuah slogan.
Selain itu kesetaraan gender diharapkan bukan hanya sebatas menjadi sebuah hak, tetapi melainkan prasyarat yang diperlukan dalam pembangunan berkelanjutan untuk dalam hal pembangunan. Jika perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan, kapasitas dan suara yang setara, maka kesetaraan gender akan tercapai.
Ditulis oleh:
Amira Layyina
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota ITS
Angkatan 2017
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)