Kampus ITS, ITS News – Bersama Mahanugra Jawa Timur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menyelenggarakan kegiatan workshop bertajuk Menumbuhkan Sumber Daya UKM Indonesia. Bertempat di Gedung Pusat Robotika ITS, workshop ini menyasar para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) guna memecahkan permasalahan mengenai permodalan dan jejaring pemasaran, salah satunya tentang mengenali pangsa pasar, Sabtu (9/3).
Koordinator acara, Bobbin Nila Prasanta Yudha, mengatakan bahwa selama ini modal yang diberikan pemerintah kepada para pelaku UMKM dirasa masih kurang maksimal. Di sisi lain, para pelaku UMKM yang ingin mendapatkan pinjaman modal dari bank seringkali mengalami kesulitan karena harus ada jaminan. “Sedangkan para pelaku UMKM yang baru memulai usahanya, jangankan memiliki rumah, terkadang tempat produksinya saja masih mengontrak,” ujarnya.
Cak Boni, sapaan akrabnya, juga menuturkan bahwa pelaku UMKM terkadang bingung kemana akan memasarkan produk mereka. Oleh karena itu melalui workshop ini, pihaknya ingin menjembatani kebutuhan pelaku UMKM tersebut. Salah satunya adalah dengan melakukan pendampingan baik bagi pelaku yang mau memulai ataupun yang telah memiliki usaha agar bisa memaksimalkan produk mereka. “Selain itu, pelaku usaha yang memiliki aset lima puluh sampai 500 juta juga didampingi dan didorong untuk naik ke level berikutnya,” tambahnya.
Dalam acara yang dihadiri kurang lebih 300 peserta itu, turut dihadirkan pengusaha Mardigu Wowiek Prasantyo dan Etsa Rahma Devi sebagai pembicara. Etsa sendiri membagikan kisahnya saat baru memulai usaha. Ia mengungkapkan saat awal mula mendirikan usaha, produknya banyak yang tersimpan di gudang alias tak laku karena tidak menemukan segmen pasar. Ia kemudian berpikir bagaimana caranya bisa menemukan networking atau jaringan dalam berbisnis. “Solusinya adalah dengan mengikuti organisasi,” ungkap pemilik Bandung Science Center (BSC) itu.
Setelah bergabung ke dalam salah satu organisasi pengusaha, ia kemudian mengikuti kongres yang diadakan di Jepang. Di situlah ia berpikir untuk membuat produk yang saat itu dibutuhkan oleh para peserta kongres. Idenya mengarah pada tempat kartu nama. Menurutnya, para peserta yang hampir semuanya pengusaha tersebut pasti membawa kartu nama untuk menambah jejaring bisnis. Benar saja, tempat kartu nama yang telah ia desain semenarik mungkin itu berhasil diserbu pembeli. “Produk yang seharusnya dijual untuk tujuh hari berhasil ludes dalam dua hari,” jelasnya.
Dari kisahnya tersebut, Etsa menggaris bawahi bahwa penting bagi seorang pelaku usaha untuk pandai melihat peluang. Selain itu, pelaku usaha juga harus mengetahui segmen pasar mana yang membutuhkan produk kita. Menurutnya, hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah terus melakukan evaluasi terhadap usaha kita seperti kualitas produk, kemasan, ataupun pemasarannya.
Di akhir pemaparannya, Etsa juga mengingatkan kepada peserta workshop untuk mengetahui pola hidupnya saat menjadi pengusaha. “Jangan mengutak-atik uang bisnis. Usahakan antara rekening bisnis dan pribadi dipisah,” tandasnya. (jun/id)
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di