Kampus ITS, ITS News – Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dalam ajang internasional. Kali ini, tim Citra dari Departemen Teknik Sipil ITS berhasil menduduki posisi ketiga dalam Nanyang Technological University (NTU) Bridge Design Competition 2019. Tak hanya itu, dalam kompetisi yang bertempat di Singapura ini, tim yang menjadi wakil ITS ini juga berhasil merebut predikat Most Aesthetic Design.
Tim yang digawangi oleh Muhammad Anhar Prakoso dan Ilham Margianto ini mengusung desain jembatan dengan bobot yang ringan tetapi kuat menahan beban berat. Terbukti ketika dilakukan uji beban, jembatan dengan berat 17,1 gram ini berhasil menahan berat sebesar 267 Newton. Hasilnya, jembatan yang telah dipersiapkan sejak Februari lalu ini dapat menghantarkan tim Citra meraih juara ketiga.
Model jembatan yang dibuat menggunakan material kayu balsa ini berfokus pada konstruksi dan didesain sesuai dengan teknik yang didapatkan oleh kedua anggota tim dalam perkuliahan. Selain itu, desain juga berdasar pada hasil penyempurnaan dari beberapa rancangan awal yang telah diuji coba. Anhar, sapaan akrab ketua tim Citra ini mengaku sempat terkejut ketika menerima penghargaan Most Aesthetic Design. “Sama sekali tidak menyangka, kami tidak terlalu concern ke segi estetikanya,” imbuhnya.
Dalam persiapannya, tim Citra telah melakukan empat kali percobaan dalam kurun waktu sebulan. Hal tersebut dilakukan pada desain jembatan yang berbeda pula. Perbedaan tersebut berada pada konfigurasi rangka jembatan. “Kami melakukan percobaan dengan melihat contoh kasus yang harus diselesaikan,” ucap Anhar. Jembatan dengan efisiensi tertinggi saat uji coba yang kemudian dijadikan patokan tim Citra untuk menyelesaikan studi kasus pada saat kompetisi berlangsung.
Meski sempat mengalami kendala ketika terdapat perbedaan kualitas material yang digunakan di Singapura dengan yang biasa digunakan di Indonesia, tim Citra berhasil mengatasinya dengan baik. “Kita jadi harus sedikit improve saat pemilihan materialnya,” tutur mahasiswa angkatan 2016 tersebut.
Tim yang dibimbing oleh Dwi Prasetya ST MSc ini melalui empat tahap penilaian selama perlombaan. Diawali dengan mengerjakan jembatan langsung ditempat dan sesuai dengan studi kasus yang diberikan pada saat kompetisi berlangsung, tim Citra kemudian melalui tiga tahap penilaian mulai dari segi ekonomis, kekuatan, dan estetika.
Setelahnya, sepuluh tim terbaik berdasar tiga tahap penilaian tersebut melaju ke tahap selanjutnya, yakni tahap presentasi. Dikatakan Anhar, presentasi yang dilakukan berlangsung cukup menegangkan. Ia menuturkan, presentasi bersifat terbuka dan disaksikan oleh seluruh peserta dan dosen dari NTU. “Jadi, kita sudah persiapkan jauh-jauh hari bersama dosen pembimbing,” ungkapnya.
Dalam ajang bergengsi kawasan Asia ini, tim Citra harus menghadapi kontestan dari berbagai negara, mulai dari Singapura, Vietnam, India, dan dari Indonesia sendiri. Tim dari Singapura berasal dari NTU dan National University of Singapore (NUS). Sedangkan dari Indonesia, terdapat tim dari Universitas Muhammadiyah Malang (UM) dan dari Universitas Indonesia (UI).
Anhar berpesan kepada mahasiswa ITS lainnya agar menerapkan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan untuk berkompetisi. “Karena kompetisi adalah salah satu cara pengabdian nyata kita kepada orang tua, almamater dan bahkan untuk Indonesia,” pungkas Anhar. (yus/owi)
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di