ITS News, Opini – Krisis air bersih bukanlah permasalahan baru bagi dunia. Setiap tahunnya masalah klasik ini semakin menjadi-jadi. Laporan dari World Water Development Report (WWDR) tahun 2018 yang menyatakan bahwa 40 persen penduduk dunia belum memperoleh akses terhadap air yang aman untuk dikonsumsi menjadi bukti bahwa masalah ini benar-benar membutuhkan perhatian ekstra.
Hal ini tentunya menjadi pekerjaan rumah untuk pemerintahan di setiap negara. Pasalnya, air merupakan kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup manusia. Tubuh manusia yang 60-70 persennya terdiri dari cairan, membutuhkan air bersih untuk proses metabolisme. Selain itu, manusia juga membutuhkan air bersih untuk melakukan aktivitas sehari-hari mereka seperti memasak, mandi, mencuci, dan lain-lain.
Dalam laporan berjudul “Mewarisi dunia berkelanjutan: Peta kesehatan anak-anak dan lingkungan”, World Health Organization (WHO) mengatakan rumah tangga tanpa akses air bersih dan sanitasi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terserang diare dan pneumonia. Jika tidak segera ditangani maka nyawa akan menjadi taruhannya.
Hambatan yang dialami masyarakat terkait sulitnya mendapatkan pasokan air bersih adalah pemanfaatan yang tidak optimal terhadap sumber air seperti sungai dan danau. Hal ini tak lain dan tak bukan dikarenakan oleh kebiasaan buruk masyarakat, yaitu membuang sampah sembarangan ke bantaran sungai.
Seperti halnya yang terjadi di Tiongkok. Hasil studi University of Georgia, menunjukkan setiap penduduk di sana membuang 33,6 kilogram plastik ke laut per tahunnya. Tak usah jauh-jauh, di Indonesia pun masalah ini sangat marak dijumpai. Akibatnya, laut menjadi tercemar dan aliran sungai menjadi terhambat. Padahal, sungai pun dapat menjadi salah satu sumber penyedia air bersih.
Guna menyelesaikan problem ini pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa tindakan. Salah satunya adalah pengadaan infrastruktur khususnya bidang air dan sanitasi. Berlatar data yang menyampaikan bahwa cakupan akses pelayanan air minum layak di Indonesia baru mencapai 72 persen, di mana masih didominasi oleh perkotaan, yakni mencapai 80,8 persen dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017 dapat disimpulkan bahwa terjadi pembangunan infrastruktur yang tidak merata. Hal tersebut mengakibatkan hasil yang tidak maksimal.
Selain itu, kenyataan yang berbanding terbalik, yakni pembangunan fasilitas penyedia air yang tidak mampu mengikuti laju pertambahan penduduk yang tinggi setiap tahunnya mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan akan pasokan air penduduk.
Maka dari itu, perlu adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi krisis ini. Pemerintah berkewajiban membangun fasilitas penyedia air bersih yang layak sehingga seluruh kebutuhan air masyarakat terpenuhi. Kemudian, masyarakat pun harus membantu pemerintah untuk menyelesaikan pembangunan fasilitas penyedia air bersih agar rampung dengan cepat serta merawat fasilitas tersebut agar dapat bertahan lama.
Sebagaimana petuah bijak mengatakan, suatu permasalahan apabila dikerjakan secara bersama-sama maka akan terselesaikan dengan mudah. Begitu pula dengan krisis air bersih yang akan terselesaikan dengan mudah apabila pihak pemerintah dan masyarakatnya bisa bekerja sama. Manfaatnya pun akan dirasakan bersama apabila masalah ini dapat terpecahkan.
Tepat di momen peringatan Hari Air Sedunia ini, Jum’at (22/3), saya mengajak pemerintah bersama segenap masyarakat untuk bahu-membahu menyelesaikan persoalan ini. Sebagai makhluk hidup yang membutuhkan air bersih untuk kelangsungan hidupnya, kita juga harus menjaga kebersihan air di sekitar kita. Salam air.
Ditulis oleh:
Dzikrur Rohmani Zuhkrufur Rifqi Muwafiqul Hilmi
Mahasiswa Teknik Biomedik
Angkatan 2017
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)