Kampus ITS, ITS News – Saat ini terlihat jelas berbagai langkah pemerintah yang gencar terhadap pengembangan energi baru terbarukan di seluruh wilayah Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Himpunan Mahasiswa Instrumentasi (Himatekins) menggelar Instrumentation Talk Show (Intshow) yang mendatangkan berbagai pakar, salah satunya Wakil Gubernur Jawa Timur, Dr H Emil Elestianto Dardak MSc, Minggu (24/3).
Selain mendatangkan orang yang berada pada posisi pembuat kebijakan, Inshow ini juga mendatangkan praktisi dari dunia industri yaitu Direktur Utama PT Gerbang Multindo Nusantara, Chayun Budiono. Dari unsur akademisi yaitu Kepala Pusat Studi Energi ITS, Dr Ir Ali Musyafa MSc juga turut hadir pada diskusi ini.
Berlangsung di Ruang Sidang Utama Rektorat ITS, Emil menyampaikan bahwa sebetulnya Indonesia saat ini memiliki potensi energi baru terbarukan yang sangat besar. Menurut data profil energi terbarukan di Jawa Timur saja yang Emil paparkan, sudah terdapat 24.562 megawatt (MW) listrik hasil dari energi baru terbarukan.
Dari total semua itu, energi surya (matahari) menjadi yang paling banyak menghasilkan listrik di Jawa Timur. Madura menjadi wilayah yang memiliki potensi paling besar pada energi surya. Selain karena pencahayaan sinar matahari yang bagus, banyak tanah datar yang cukup luas juga mendukung hal itu.
Padahal di negara Indonesia ini, Emil menjelaskan bahwa sebenarnya energi panas bumi menjadi potensi energi baru terbarukan yang terbesar. Pasalnya, Indonesia sendiri sudah dikenal sebagai negara yang menempati area ring of fire (Lingkaran Api).
Hal itu memiliki arti bahwa dalam negara ini banyak sekali gunung berapi aktif yang menyimpan banyak panas di dalamnya. Bahkan Emil berani menyebutkan bahwa potensi energi panas bumi di Indonesia adalah yang terbesar di seluruh dunia.
Tetapi, lanjut Emil, hal itu tidak sebanding dengan pemanfaatan energi panas bumi yang ada di Indonesia, pasalnya saat ini Indonesia masih dirasa kurang dalam pemanfaatan energi panas bumi. Banyak sekali hambatan yang menjadi tantangan pada pengembangan panas bumi ini. Salah satu yang paling umum adalah mengenai kerusakan lingkungan.
Namun Emil menyebutkan bahwa di sisi lain sebetulnya panas bumi adalah suatu hal yang unik. Pasalnya, jika dibangunkan pembangkit listrik, akan memakan sedikit lahan untuk tempat peralatannya. “Bahkan tak disangka, ternyata uap dari panas bumi ini juga bisa dimanfaatkan sebagai pemandian air hangat,” ujarnya.
Selain mengenai energi panas bumi dan surya, sebetulnya sudah banyak sumber energi baru terbarukan yang sudah dikembangkan di Indonesia. Contohnya berupa energi angin, air, bio-energi, dan gelombang.
Emil juga mengungkapkan bahwa permasalahan energi ini merupakan hal yang tidak bisa dianggap remeh. Karena penggunaan energi saat ini sudah mencakup pada seluruh aspek. “Yang paling sering dalam kehidupan keseharian adalah kebutuhan charge ponsel pintar pada setiap saat,” tuturnya mencontohkan.
Oleh karena itu, Emil menginginkan ITS memiliki peran juga sebagai salah satu penggerak pada bidang riset untuk pengembangan teknologi energi baru terbarukan, khususnya di Provinsi Jawa Timur ini.
Sementara pada sisi lain fakta yang ada di lapangan, sebetulnya masyarakat sudah banyak sekali yang membuat berbagai inovasi, baik mengenai pengembangan energi baru terbarukan ataupun yang lainya. Namun banyak yang terjadi bahwa inovasi yang dikembangkan oleh mereka tidak bisa bertahan lama. “Di sinilah, peran ITS untuk membimbing mereka supaya segala inovasinya menjadi sempurna dan dapat bermanfaat dengan baik,” ungkap mantan Bupati Trenggalek tersebut mengharapkan. (sof/HUMAS ITS)
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)