ITS News

Minggu, 29 September 2024
27 Maret 2019, 19:03

Selesaikan Kasus Produksi Minyak, ITS Sabet Juara Satu

Oleh : itsrio | | Source : https://www.its.ac.id

Dari kiri ke kanan, Frankie Samuel Marcello, Tatyana A. Ibrahim, Dinis Triandra Prihandito

Kampus ITS, ITS News – Tim Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya sukses menjuarai Business Case Competition tingkat internasional pada acara Integrated Petroleum Festival (IPFEST) 2019 yang diadakan oleh Departemen Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB). Meski bukan berasal dari jurusan ilmu perminyakan, namun tim Haverfords dari ITS mampu menggondol juara satu dalam menyelesaikan kasus bisnis produksi minyak dan gas hulu (upstream).

Tim Haverfords ITS terdiri dari Dinis Triandra Prihandito, Frankie Samuel Marcello, dan Tatyana Anandiya Ibrahim yang masing-masing berasal dari Departemen Teknik Industri 2017, Teknik Kelautan 2015, dan Teknik Sistem Perkapalan 2016. Dalam perlombaannya, mereka ditantang untuk menjadi konsultan yang memberikan solusi dalam bentuk keputusan investasi kepada suatu perusahaan yang bergerak di industri minyak dan gas.

Dinis, selaku ketua tim mengatakan, perlombaan ini dibagi menjadi 2 babak. Babak pertama merupakan preliminary round dimana mereka diuji untuk mengusulkan keputusan investasi terhadap pengelolaan lima blok minyak berdasarkan tingkat profitabilitasnya.

“Hal ini kami analisis total dengan mempertimbangkan konsep time value of money dan kondisi perusahaan yang hanya memiliki jumlah modal investasi yang terbatas,” tuturnya. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, Dinis dan tim menyelesaikannya dengan metode program linear serta bantuan Add-ins Microsoft Excel yang bernama Solver.

Selain memberikan soal keputusan investasi, tim juga memberikan konsultasi kepada perusahaan yang menghadapi kasus produksi minyak hulu (upstream). Salah satunya adalah menentukan blok mana yang akan dikembangkan dengan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki setiap blok migas yang diberikan.

Pertimbangan yang diambil pun meliputi beberapa parameter. Di antaranya adalah kemungkinan perpanjangan kontrak pengembangan blok, perkiraan produksi minyak bumi dan gas alam, analisis aspek ekonomi, serta analisis kelayakan teknis.

Kata mahasiswa Teknik Industri itu, awalnya mereka menganalisis kasus dengan metode production forecast. “Production forecast adalah metode untuk memperkirakan jumlah produksi yang diinferensikan untuk memperkirakan kentungan tahunan berdasarkan data yang ada,” terangnya. Mereka hanya diberi informasi tiga blok yang berbeda kondisinya dalam penentuan analisis tersebut.

Blok pertama merupakan blok migas yang berada di bawah laut (deepwater facility). Blok pertama ini sebenarnya sangat menguntungkan, tetapi butuh waktu sepuluh tahun untuk mencapai maturity dan memulai proses produksinya. “Untuk melakukan investasi di blok ini, harus menggunakan peralatan yang sangat canggih, sehingga butuh biaya investasi dan resiko yang tinggi.” katanya

Kemudian, blok kedua berada di negara maju dengan sumber cadangan minyak yang sedikit namun cadangan gas alam yang melimpah. “Sebenarnya blok ini kurang produktif dari segi produksi minyaknya. Tetapi, ternyata produksi gas alamnya cenderung stabil. Hal ini sangat menjamin keuntungan yang stabil pula,” ujarnya.

Sementara blok yang ketiga, berisi blok yang berada di negara miskin tetapi memiliki sumber cadangan minyak dan gas yang melimpah. Namun, ternyata, ada pertentangan dari masyarakat untuk melakukan investasi, sehingga ada potensi terjadinya sengketa perizinan dari pemerintah. “Padahal blok ini lebih profitable jika dibandingkan dengan kedua blok sebelumnya.,” imbuh mahasiswa asal Jakarta itu.

Pada akhirnya ketiganya memilih di blok kedua yang tidak memiliki masalah operasional, teknis, dan masyarakat. “Meski sumber cadangan minyaknya terbatas dan paling cepat habis, produktivitas dari blok ini masih dapat diutilisasikan dengan produksi gas alamnya,” jelasnya. (rio/mik)

Berita Terkait