Kampus ITS, ITS News – Dalam perannya sebagai agent of change, mahasiswa dituntut untuk membawa perubahan bagi lingkungan sekitarnya, termasuk dengan mengurangi permasalahan sosial yang ada pada masyarakat. Untuk itu, tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mencanangkan karya tulis ilmiah dengan konsep Inkubator Bisnis Sosial untuk meningkatkan nilai kepekaan mahasiswa.
Ketiga mahasiswa ITS itu ialah Ni Putu Cista Deviutami Sukma, Muthiah Aulia, dan Willy Aryanto. Mahasiswa-mahasiswa asal departemen Manajemen Bisnis ITS ini mengajukan konsep yang berfokus pada analisis peran dari inkubator bisnis sosial dalam rangka meningkatkan nilai kepekaan sosial dan lingkungan hidup.
Bisnis sosial itu sendiri merupakan bentuk bisnis yang memperhatikan faktor ekonomis, sosial, serta lingkungan. Selain itu, bisnis ini juga melibatkan pemberdayaan masyarakat dalam setiap prosesnya. “Kita melihat fenomena kalau bisnis sosial itu salah satu solusi untuk menyelesaikan masalah sekaligus memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak,” ungkap Cista, ketua tim.
Dalam penyusunannya, ketiganya mengumpulkan data terlebih dahulu melalui Forum Group Discussion dengan melibatkan mahasiswa yang pernah mengikuti proyek bisnis sosial di Departemen Manajemen Bisnis ITS. Data-data itu kemudian diolah dengan teknik Data Screening untuk menentukan prioritas kriteria yang sesuai. “Hal ini ditujukan untuk memastikan bahwa data telah memenuhi kriteria penyediaan fasilitas yang menunjang nilai kepekaan sosial,” ungkapnya.
Kriteria-kriteria tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode kuantitatif Analytical Hierarchy Process (AHP). “AHP digunakan untuk menjawab fasilitas yang harus dimiliki oleh inkubator bisnis sosial yang nanti kita rancang,” jelas mahasiswa angkatan 2016 itu. Adapun fasilitas-fasilitas yang harus dimiliki inkubator berdasarkan hasil analisis tersebut ialah Social Bussiness Learning, Field Trip to Partner, Reach the Target, dan Monthly Meeting.
Social business learning merupakan penanaman nilai-nilai bisnis sosial secara umum. “Social business learning itu fasilitas untuk memberikan materi landasan mengapa bisnis sosial, serta bagaimana konsep bisnis sosial secara umum,” tuturnya. Sedangkan Field Trip to Partner ialah fasilitas untuk menjalin kerjasama dengan masyarakat target bisnis.
Agar tetap berada dalam jalur yang tepat, bisnis sosial tersebut akan rutin melakukan mentoring melalui fasilitas Reach the Target. “Bisnis sosialnya bisa dalam industri apa saja. Poin utamanya, bisnis ini harus bisa menyelesaikan permasalahan sosial di satu lingkungan,” tutur mahasiswa berkacamata itu. Selain itu perlu diadakan pula sesi diskusi antara peserta forum dengan investor mengenai bisnis yang dijalankan lewat fasilitas Monthly Meeting.
Cista berharap, konsep inkubator bisnis sosialnya ini dapat meningkatkan nilai kepekaan mahasiswa terhadap masalah sosial serta dapat didukung untuk pengembangan lebih lanjut kedepannya. “Sehingga konsep ini dapat mulai diterapkan di lingkungan ITS terlebih dahulu sebelum diterapkan ke masyarakat luas,” pungkasnya. Karya ini sendiri berhasil memenangkan juara kedua dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Psychotacular 3.0 yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Surabaya Maret lalu. (vi/mik)
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di