ITS News, Opini – Tahun 2019 dapat dikatakan sebagai tahun demokrasi. Pada tahun ini, serentak diadakan Pemilihan Umum atau biasa disingkat dengan Pemilu. Ketika tahun 2018 lalu beberapa daerah mengadakan Pemilihan Gubernur (Pilgub) atau Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), kemudian pada tahun inilah puncaknya dari Pemilu tersebut. Tentu kita sudah mengetahuinya, yakni Pemilihan Legislatif (Pileg) hingga Pemilihan Presiden (Pilpres).
Pertanyaan terbesarnya, bagaimana peran mahasiswa dengan pemilihan-pemilihan tersebut? Apakah ikut memilih di distrik masing-masing? Atau tetap melaksanakan kuliah seperti biasa? Atau hanya menikmati libur saat Pemilu karena pada tanggal itu ditetapkan sebagai hari libur nasional? Tentu itu semua merupakan hak masing-masing mahasiswa.
Satu hal yang perlu diingat, ketika kita menjadi mahasiswa baru dan menjalani Orientasi Pengenalan Kampus (Ospek), kakak-kakak tingkat kita telah mengajarkan peran fungsi sebagai mahasiswa. Salah satunya yakni Agent of Change atau Agen Perubahan. Dari peran tersebut mewajibkan semua mahasiswa untuk merubah bangsa dan negeri ini menjadi lebih baik lagi. Apabila sudah baik, maka harus diperbaiki lagi agar Indonesia semakin maju dan mampu bersaing dengan negara-negara di Benua Eropa. Lantas, apakah kondisi Indonesia semakin baik atau semakin buruk?
Baik dan buruknya Indonesia bermula dari mahasiswa. Bagaimana tidak? Berkaca dari Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998, membuktikan betapa hebatnya mahasiswa pada saat itu menurunkan Soeharto dari Presiden Republik Indonesia karena krisis ekonomi yang membuat hampir setengah penduduk Indonesia mengalami kemiskinan.
Namun, saat ini gerakan seperti itu sudah tidak layak dilakukan oleh mahasiswa untuk membangun negeri. Karena gerakan seperti itu dianggap anarkis dan dapat memecah belah persatuan Indonesia. Apalagi perkembangan teknologi semakin maju, sehingga penyebaran berita yang belum tentu kebenarannya mudah tersebar. Hal itu dapat berpotensi merusak bangsa.
Sebagai mahasiswa yang paham dan melek akan pentingnya Pemilu, maka sangat diharamkan mahasiswa untuk golput atau golongan putih. Golput dapat diartikan mereka yang tidak menggunakan hak suaranya untuk memilih calon legislatif maupun calon presiden. Jika mahasiswa golput, mau dibawa kemana negeri ini?
Secara hukum, golput tidak termasuk tindakan pidana. Tetapi golput bisa dikatakan sebuah pilihan tersendiri. Karena Indonesia adalah negara demokrasi dimana sebuah pilihan ditentukan oleh rakyat. Akan tetapi, jika semua rakyat Indonesia golput maka dipastikan negara ini akan mengalami kekosongan pemerintahan atau vacum of power. Jelas saja seperti itu karena tidak ada yang memilih calon pemimpin negara ini. DPR, MPR, atau lembaga-lembaga kenegaraan lainnya tidak dapat berbuat banyak untuk memimpin negara ini karena kembali lagi bahwa Indonesia adalah negara demokrasi. Sehingga mereka tidak bisa semena-mena memilih seorang pemimpin tanpa rakyat yang memilih.
Maka dari itu, mahasiswa harus menunjukkan dirinya bahwa mereka anti golput. Bukan soal demokrasi atau apa, tetapi mahasiswa harus mampu membangun negeri ini dimulai dengan menggunakan hak pilihnya saat Pemilu. Meskipun para calon pemimpin dinilai kurang, setidaknya ada satu hal yang dapat dipegang oleh mahasiswa untuk mengupayakan Indonesia menjadi maju lagi. Jika masih banyak kekurangan, maka peran mahasiswa sebagai agen perubahan memberikan aspirasinya kepada pemerintah ataupun langsung terjun ke lapangan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada.
Sejatinya, Indonesia sedang tidak baik-baik saja jika mahasiswa tidak melakukan perubahan. Perubahan tidak perlu yang berat-berat dulu, tetapi dimulai dengan hal yang paling sederhana dan mudah dilakukan, yakni mengikuti dan menggunakan hak suaranya secara bijak pada Pemilu yang dilaksanakan pada tahun ini. Semoga saja Indonesia akan semakin maju pada saat ini hingga masa yang akan datang.
Wahai, Mahasiswa! Marilah Kita Gunakan Hak Pilih Kita untuk Pemilu 2019!
Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia!
Ditulis oleh:
Ryan Pramana Putra
Mahasiswa Departemen Fisika
Angkatan 2016
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)