Kampus ITS, ITS News – Ketika musim penghujan tiba, tidak jarang di sepanjang jalan akan terlihat aspal-aspal yang mulai mengelupas. Hal tersebut berhubungan erat dengan kualitas aspal yang digunakan pada jalan tersebut. Latar belakang ini membuat Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menggelar Asphalt Concrete Competition (ACC) dalam rangkaian acara D’Village 2019 selama dua hari mulai Jumat (29/3).
Kegiatan yang pertama diselenggarakan ini menantang seluruh mahasiswa di Indonesia, khususnya jurusan teknik sipil untuk dapat membuat aspal beton yang memiliki nilai efektivitas yang tinggi. Sementara itu koordinator Acara ACC, Nafi Maula Abdullah menyebutkan bahwa terdapat dua kategori pada perlombaan ini. Kategori pertama adalah pembuatan aspal beton yang dicampur dengan plastik PET (polyethylene terephthalate), sedangkan yang kedua tidak menggunakannya.
Kemudian, lanjut Nafi bahwa terdapat tiga poin penting yang dinilai dalam kompetisi ini yaitu kekuatan, keawetan, dan nilai keekonomisan dari aspal beton yang telah dibuat oleh setiap timnya. Uniknya, pembuatan aspal belon yang bercampur plastik ternyata dapat juga mengurangi kerusakan lingkungan. “Hal ini karena, plastik PET yang digunakan berasal dari sampah botol air mineral bekas yang susah diuraikan secara alami,” ungkap mahasiswa Departemen Teknik Infrastruktur Tersebut.
Berlangsung di Laboratorium Uji Bahan Jalan yang terletak di Kampus ITS Manyar ini, setiap tim yang terdiri dari tiga anggota diwajibkan untuk membuat enam sampel aspal beton mulai dari awal sampai siap untuk dilakukan pengujian. Setelah sampel aspal beton jadi, pada hari kedua dilakukan presentasi dihadapan dewan juri yang terdiri dari dosen dan Dinas Pekerjaan Umum.
Sebenarnya, bahan yang banyak digunakan dalam pembuatan aspal itu sangat sering dijumpai. Mulai dari batu kerikil besar, kecil, abu batu (batu sangat halus), dan plastik PET yang khusus digunakan untuk aspal beton PET. Kemudian prosesnya, semua bahan dalam takaran tertentu dipanaskan dan dicampur dengan aspal cari yang sudah dipanaskan sebelumnya. Setelah dimasukan dalam cetakan, aspal beton tersebut ditekan dengan menggunakan hammer (mesin penekan). Selanjutnya ketika sudah dingin, aspal beton dikeluarkan dari cetakan dan direndam dalam air yang kemudian dilanjutkan dengan pengujian.
Mahasiswa angkatan 2017 tersebut juga menyatakan bahwa sebenarnya yang diharapkan kepada para peserta adalah munculnya berbagai inovasi pada pembuatan aspal beton supaya memiliki sifat yang lebih efisien lagi. Pasalnya di luar negeri saja, sudah terdapat aspal dengan material tertentu yang dapat menyerap air dengan mudah tanpa merusak aspal. “Kemudian untuk kedepanya, diharapkan agar muncul kategori baru yang membebaskan pesertanya menggunakan bahan yang mereka inginkan,” ungkap mahasiswa asal Serang tersebut. (sof/owi)
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di