Kampus ITS, ITS News – Menjalani masa kepemimpinan di antara masa transisi menuju status Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) menjadi kisah panjang kesuksesan perjuangan Prof Ir Joni Hermana MScES PhD sebagai Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) periode 2015 – 2019. Kesuksesannya itu pun dibagikan kepada para sivitas akademika ITS melalui Closing Lecture yang juga menandai akhir masa kepemimpinannya sebagai rektor yang digelar di gedung Menara Sains ITS, Rabu (10/4).
Bertajuk Leadership by Heart, kuliah umum tentang masa kepemimpinan Joni ini berisi serangkaian ilmu dan pengalamannya dalam memaknai kepemimpinan serta upaya penerapannya dalam memimpin ITS. Acara singkat yang terinspirasi dari tradisi perguruan tinggi di Jepang dan Eropa ini sekaligus menjadi media pertanggungjawabannya kepada seluruh pihak selama dirinya memimpin ITS. Dengan demikian, kepemimpinannya yang akan berakhir pada 12 April 2019 ini menjadi informasi bersama sekaligus menjadi media sharing secara terbuka bagi semua pihak.
Joni menyampaikan bahwa acara ini juga menjadi salah satu upaya mengatasi masalah para lulusan ITS di dunia kerja selama ini. Sebab, berdasar survei kepada beberapa perusahaan, kelemahan lulusan ITS dalam dunia kerja adalah kemampuan kepemimpinannya yang masih lemah. Sehingga menjadi aspek utama yang tidak mendapat kepuasan perusahaan.
“Dengan demikian, saya berharap melalui pengalaman saya selama empat tahun ini, mahasiswa memahami keterkaitan antara teori dan penerapannya juga,” jelas pria kelahiran Bandung tersebut di hadapan lebih dari 500 hadirin yang terdiri dari para dosen, karyawan dan mahasiswa ITS.
Meluruskan peran dan wewenang kepemimpinan, Joni jelaskan perbedaan antara pemimpin, manajer dan entrepreneur. Menurutnya, seorang pemimpin adalah orang yang memiliki kemampuan menentukan pilihan yang benar. “Ia lah (pemimpin, red) yang nantinya paling berwenang menentukan arah tujuan organisasi yang dipimpinnya,” papar Guru Besar Teknik Lingkungan ini.
Sementara itu, lanjutnya, manajer didefinisikan sebagai orang yang hanya mengerjakan sesuatu yang menjadi tugasnya saja, di luar itu enggan ia kerjakan. Sedangkan entrepreneur ia definisikan sebagai orang yang mampu melihat peluang, bukan hanya sebatas pengusaha.
Pemimpin yang ideal, menurut Joni, harus memiliki tiga peran ini sekaligus dalam dirinya. Pemimpin yang ideal juga harus berani mengambil suatu keputusan dengan segala resiko yang menyertainya. Namun pengambilan keputusan tersebut tentunya berdasarkan banyak pertimbangan matang dan dianggap merupakan pilihan yang terbaik.
“Pada dasarnya, biasanya pemimpin yang baik itu memiliki intuisi tersendiri dalam menentukan dan membedakan antara sesuatu yang baik dan buruk serta tepat dan kurang tepat,” papar pria kelahiran 1960 ini.
Sedangkan berdasar penerapannya, banyak strategi kerja yang dilakukan Joni dalam memajukan ITS. Selama masa kepemimpinannya, ia membagi menjadi tiga fokus utama, yakni transformasi PTN-BH secara utuh, kontribusi ITS bagi masyarakat, serta pencapaian dalam peringkat World Class University. Ketiga hal ini merupakan visi besar yang sukses diwujudkan Joni selama masa kepemimpinannya. Lebih luas lagi, visi utama ITS menuju Entrepreneur University pada tahun 2035 mendatang turut termasuk dalam tiga fokusan yang diupayakan tersebut.
Sementara dalam perjalanannya, Joni merumuskan beberapa nilai yang berlaku di ITS. Nilai-nilai inilah yang menjadi sebuah kesepahaman, sehingga menjadi sebuah aturan dalam berbagai aktivitas. Nilai-nilai tersebut yakni Etika dan Integritas, Kreativitas dan Inovasi, Ekselensi, Kepemimpinan yang kuat, Sinergi, Kebersamaan Sosial dan Tanggung Jawab Sosial, Semangat Kepahlawanan serta Kemandiran. “Nilai-nilai ini akan semakin bermakna jika mampu untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dalam seluruh aktivitas,” ungkap bapak empat anak ini.
Di balik kesuksesan capaian ITS saat ini, buah pemikiran positif Joni menjadi motor utama di dalamnya. Berbeda dengan pemimpin pada umumnya, dalam membangun ITS, Joni memiliki prinsip “membangun dari akhir”. Prinsip ini menurutnya sangat tepat untuk dapat memaksimalkan potensi besar ITS yang kurang dikembangkan.
Berangkat dari visi yang ingin dituju di akhir kepemimpinannya, Joni tarik ke belakang dengan menentukan ukuran-ukuran keberhasilan serta menganalisis berdasar kemampuan yang dimiliki ITS. “Yang paling penting jangan takut untuk bermimpi, sebab mimpi itu juga sebuah proses suatu keberhasilan,” pesannya.
Meskipun telah sukses menutup masa kepemimpinannya dengan segudang pencapaian, Joni tetap berikan beberapa saran fokus pengembangan untuk kepemimpinan rektor berikutnya agar ITS menjadi lebih baik lagi. Saran fokus pengembangan tersebut meliputi bidang akademik dan kemahasiswaan, keuangan dan sarana-prasarana, sumber daya manusia dan organisasi serta kerjasama-riset-inovasi-internasionalisasi.
“Meskipun berakhir baik, saya bukanlah seorang Superman, ada beberapa yang masih menjadi tugas bersama untuk kemajuan ITS ke depan,” pungkasnya. (mad/HUMAS ITS)
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)