ITS News

Kamis, 14 November 2024
22 April 2019, 02:04

Kisah Kakek Tua dan Pohon Kelapa (Opini Hari Bumi)

Oleh : itsqi | | Source : -

Selamat Hari Bumi (sumber: aribowo.net)

Kampus ITS, Opini – 22 April 2019, aku memutuskan untuk bangun lebih awal. Surabaya memang terkenal panas, namun pagi ini terasa sedikit lebih sejuk. Hawa ini menggerakkanku keluar ruangan, demi menghirup seteguk udara segar. Samar-samar tapi pasti, aku melihat seorang kakek tua yang tengah asik menanam tunas kelapa di halaman rumahnya. “Untuk apa?,” pikirku. Aku yakin bagaimanapun juga dia tidak akan sempat mecicipi buah kelapa dari pohon yang Ia tanam tersebut. Aku tahu pasti, pohon kelapa hijau baru mulai berbuah saat memasuki usia delapan tahun, dengan usia produktifnya sampai 30 tahun. Bukannya mendahului takdir, tapi mana mungkin kakek itu masih hidup hingga saat itu tiba, sementara saat ini usianya sudah senja.

Pada dasarnya aku ini seorang pemalas. Usai meneguk beberapa galon udara segar, aku memutuskan untuk kembali tidur. Belum lama tertidur, tiba-tiba badanku terasa sangat panas. Karena terganggu, aku pun beranjak dari kasur dan berlari keluar ruangan. Aku kaget, tunas kelapa yang tadi ditanam kakek tua telah tumbuh menjadi pohon kelapa yang lebat buahnya. Tak kusangka, 22 tahun lamanya aku telah tertidur di ruangan ini.

Pagi ini, 22 April 2041, aku baru saja terbangun dari tidur yang amat sangat panjang. Aku kagum, bumi yang sekarang sangat bersih, tidak seperti 22 tahun yang lalu. Tak kusangka, kampanye penggunaan sedotan stainless yang 22 tahun lalu tengah digaungkan saat ini mulai dapat dirasakan dampaknya. Tak lagi dijumpai artikel yang mengenai penyu yang tersedak sedotan plastik di laut lepas.

Orang-orang juga terbiasa membawa botol minumnya masing-masing kemanapun mereka bepergian. Dimana-mana tersedia tempat isi ulangnya, tak perlu usaha keras untuk menemukan satu diantaranya. Sementara itu, tak kujumpai satupun minimarket yang menawarkan air mineral kemasan, entah karena dilarang atau memang sudah tidak lagi laku. Penggunaan plastik kresek juga menurun drastis. Orang-orang telah terbiasa menggunakan keranjang kain untuk berbelanja.

Sayangnya jalan raya masih sama, penuh sesak dengan kendaraan, macet tidak karuan. Tapi aku heran, di jalanan yang seramai ini mengapa udaranya bisa terasa sejuk, serta tidak terdengar kebisingan. Setelah kuperhatikan, rupanya barisan kendaraan itu ditenagai dengan motor listrik. Tak kusangka, usaha motor GESITS yang dirintis Institut Teknologi Sepuluh Nopember 22 tahun yang lalu tengah mencapai masa kejayaanya saat ini. Produknya laku keras dipasaran, yang berdampak pada berkurangnya emisi gas rumah kaca secara drastis.

Mengenai gas rumah kaca, aku juga tidak lagi menjumpai adanya pabrik-pabrik pembakaran batubara. Sebagai gantinya, di sepanjang penjuru negeri terbentang pembangkit listrik tenaga angin yang siap memompa listrik ke rumah-rumah warga. Di setiap atap rumah mereka juga telah dipasang pembangkit listrik tenaga surya, sebagai pendukung pasokan daya. Adapun di banyak pulau terpencil telah dibangun fasilitas pembangkit listrik tenaga gelombang yang ramah lingkungan. Adapula yang mengandalkan panas bumi sebagai penggerak turbin listriknya.

Masyarakat di era ini terlihat sangat bersemangat dalam menjaga bumi mereka. Mereka tidak ingin menciderai kekayaan alam yang diwariskan oleh para leluhurnya, yang tak lain adalah generasiku. Aku jadi terpikirkan, seandainya bumi ini telah lebih dulu dirusak oleh generasiku, bagaimana mungkin generasi setelahku akan punya warisan untuk dijaga. Semangat mereka untuk menjaga lingkungan, sebagaimana yang ku saksikan saat ini tentunya akan sia-sia.

Sekarang aku paham. Sebagaimana pohon kelapa yang ditanam kakek tua, merawat bumi bukan melulu tentang kebaikan generasi kita saat ini. Bukan melulu tentang kebaikan untuk diri sendiri. Merawat bumi adalah tentang bagaimana kita akan mewariskan kekayaan alam ini pada generasi mendatang. Saya yakin banyak diantara kita yang hingga detik ini masih tertidur, sebagaimana saya yang baru saja terbangun setelah 22 tahun hidup. Bagi kalian yang hingga sekarang masih tertidur, segeralah bangun dan mari bersama-sama merawat satu-satunya planet kita demi kebaikan generasi mendatang. Kuncinya hanya satu, belajarlah untuk peduli.

Satu hal yang perlu digarisbawahi dari artikel ini adalah, langkah kecil yang dilakukan saat ini mampu memberikan dampak sangat besar di masa depan, apalagi langkah yang besar. Dibawah ini ada bonus video menarik mengenai kampanye hari bumi, yang saya peroleh dari channel youtube Lil Dicky, coba ditonton yaa, bagus kok. Daripada nonton At**.

Rifqi Nur Mukhammad

Mahasiswa Teknik Industri

Angkatan 2015

Berita Terkait