Kampus ITS, Opini – Indonesia, negara dengan sumber daya alam yang melimpah tidak selamanya aman. Terletak di antara dua lempeng aktif Eurasia dan lempeng Indo-Australia dan variasi topografi yang membentang, menjadikan negara ini rentan terhadap bencana. Banjir, tanah longsor, gempa bumi, hingga tsunami berpotensi terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahkan menyebutkan bahwa negara ini adalah laboratorium bencana terbaik di dunia karena variasi bencana yang terjadi. Namun, apakah masyarakat sudah siap dalam menghadapi bencana?
BNPB mencatat ada 1.107 kejadian bencana yang terjadi di Indonesia sejak Januari hingga Maret 2019. Dari data tersebut, sekitar 279 orang meninggal, 1.340 orang terluka, dan 96 orang hilang. Tingginya jumlah korban yang terdampak dan kerugian yang ditimbulkan mengundang sebuah pertanyaan besar. Mengapa kita belum bisa belajar dari pengalaman terdahulu dan meminimalisir jatuhnya korban jiwa?
Salah satu penyebab semakin parahnya dampak bencana adalah lemahnya strategi mitigasi bencana yang melibatkan masyarakat secara aktif. Oleh karena itu kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat diperlukan untuk mengurangi risiko bencana yang terjadi. Sebenarnya kegiatan mitigasi bencana dapat dimulai dari unit terkecil, yaitu individu.
Hasil kajian BNPB mengenai kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana, menunjukkan ada peningkatan pengetahuan. Meskipun begitu, pengetahuan ini belum menjadi sikap, perilaku dan budaya yang mengaitkan kehidupan dengan mitigasi bencana. Hasil penelitian indeks kesiapsiagaan per kota dan kabupaten di Indonesia pada 2012, menunjukkan kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah masih rendah.
Oleh karena itu, hal krusial yang perlu dilakukan adalah mengubah pola pikir masyarakat menjadi masyarakat yang tangguh dalam menghadapi bencana. Usaha ini bisa dimulai dengan mengidentifikasi potensi bencana di sekitar kita. Setelah itu, kita perlu mengetahui langkah awal yang harus dilakukan sebelum bencana terjadi, ketika, dan setelah bencana terjadi. Hal ini berpeluang besar membantu penyelamatan dan perlindungan diri.
Pada tahun 2018, BNPB juga telah merilis buku Panduan Kesiapsiagaan Bencana untuk Keluarga yang dapat diakses secara daring, sebagai rangkaian dari program meminimalisir risiko bencana. Panduan ini tidak hanya membahas langkah yang perlu dilakukan sebelum, saat dan setelah bencana terjadi, namun juga standar minimal perlengkapan kesiapsiagaan bencana yang perlu disiapkan. Perlengkapan ini berguna untuk memenuhi kebutuhan dasar diri sendiri dan keluarga pada kondisi terisolasi akibat bencana.
Masyarakat tidak boleh hanya berpangku tangan menunggu inisiasi pemerintah dalam hal edukasi kesiapsiagaan bencana. Usaha mengurangi dampak bencana bisa mulai dilakukan dengan mengedukasi diri sendiri dan orang terdekat. Setelah hal itu dilakukan, edukasi masyarakat sekitar juga perlu dilakukan, karena partisipasi aktif masyarakat dalam hal tanggap bencana terbukti berperan penting dalam mengurangi kerugian akibat bencana di Jepang, negara yang juga rawan akan bencana.
Kita harus mulai terbiasa hidup berdampingan dengan bencana, dengan menjadi masyarakat yang tangguh dan siap siaga akan bencana. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengurangi dampak bencana perlu didukung dengan partisipasi aktif masyarakat. Salah satunya adalah dengan mengedukasi diri sendiri dan orang sekitar agar mereka dapat lebih memahami konsekuensi yang akan dihadapi. Masyarakat tangguh bencana merupakan pondasi dari upaya mitigasi bencana, karena bencana tidak dapat kita hindari, namun dampaknya dapat diminimalisir.
Opini Hari Kesiapsiagaan Bencana
Ditulis oleh:
R. Aj. Mutia Arih Maharani Ridwan
Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota
Angkatan 2017
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)