ITS News

Selasa, 19 November 2024
01 Mei 2019, 11:05

Isometric Bahas Strategi Peningkatan Nilai Jual Nikel Nasional

Oleh : itssof | | Source : https://www.its.ac.id

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Ir Yunus Saifulhak ketika berdiskusi dengan peserta seminar

Kampus ITS, ITS News – Negara Indonesia yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) melimpah, sudah selayaknya dapat memanfaatkan harta karun tersebut dengan sebaik-baiknya. Berhubungan dengan hal itu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Material Advantage Chapter (IMAC) menyelenggarakan Integrated Seminar Of Materials Engineer Enrichment (Isometric) 2019 tentang strategi peningkatan nilai jual produksi nikel nasional, Sabtu (27/4).

Berlangung di Grand Dafam Hotel Surabaya, seminar tersebut mengangkat tema Indonesia’s Strategic Plan Towards Nicel Demand on Global Market. Faculty Advisor IMAC, Sungging Pintowantoro PhD menyatakan tema tersebut berhubungan dengan kondisi produksi nikel di Indonesia saat ini. Pasalnya, Indonesia memiliki cadangan nikel yang cukup besar namun tak sebanding dengan pemanfaatannya.

Sementara itu, salah satu pembicara dari Kementrian Energi, Sumber Daya, dan Mineral (ESDM), Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Ir Yunus Saifulhak menjelaskan bahwa saat ini Indonesia masih mengolah nikel dari hasil tambang menjadi bahan baku saja. “Hal tersebut tentunya yang menjadikan nilai tambah dari produk nikel nasional masih rendah,” ungkap Yunus.

Sambutan dari Faculty Advisor IMAC, Sungging Pintowantoro PhD ketika membuka acara Isometric 2019 di Grand Dafam Hotel Surabaya

Yunus juga memaparkan bahwa barang jadi yang Indonesia beli dari negara asing sebenarnya bahan bakunya berasal dari Indonesia sendiri. Yunus berharap Indonesia dapat mengolah nikel dari awal sampai menjadi barang jadi. Hasil ekspor barang jadi tersebut juga nantinya dapat meningkatkan pendapat Negara Indonesia. “Sektor ESDM sendiri saat ini cukup besar dalam menambah pendapatan negara,” tuturnya.

Selanjutnya, salah satu peran penting perguruan tinggi juga diharapkan bisa membantu  meningkatkan teknologi pada proses pemurnian mineral nikel dari tambang. Sebab saat ini, Indonesia masih memiliki sekitar 14 smelter untuk nikel yang sudah ada. Dari 14 smelter tersebut, lima diantaranya menggunakan teknologi Blast Furnance, delapan menggunakan Rotary Kiln Electric Furnance, dan satu menggunakan Direct Reduction Kiln.

Yunus juga menyebutkan bahwa saat ini sudah ada rencana untuk membangun smelter dengan teknologi baru, yaitu High Pressure Acid Leaching, Hot Blast Copula, dan Rotary Hearth-Regenerative Smelting Furnance. “Harapannya, perguruan tinggi di sini dapat mendukung hal itu dengan melakukan riset untuk hasil yang lebih maksimal,” pungkas Yunus. (sof/id)

Penyerahan kenang-kenangan oleh Faculty Advisor IMAC, Sungging Pintowantoro PhD kepada Ir Yunus Saifulhak pada acara Isometric 2019

Berita Terkait