Kampus ITS, ITS News – Di Indonesia, maraknya kasus perpecahan, intoleransi antar umat beragama, dan hilangnya semangat pada generasi muda merupakan ancaman yang harus mendapat perhatian khusus. Untuk itu, Departemen Studi Pembangunan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, memberikan wawasan kepada mahasiswa melalui kuliah tamu Pancasila di Gedung Pusat Robotika Sabtu, (28/4).
Pada kuliah tamu Pancasila ini, mahasiswa diberikan pemahaman lebih tentang urgensi wawasan kebangsaan untuk merajut persatuan dalam kebhinnekaan dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional. “Undang Undang (UU) No 12 tahun 2012 pasal 35 menjadi dasar bagi pendidikan tinggi untuk menyelenggarakan kegiatan kuliah tamu kali ini,” ujar Dr Heri Suharyanto, salah satu dosen pengampu mata kuliah Pancasila.
Ia menyebutkan bahwa terdapat tiga aspek penting di dalam UU tersebut, yaitu pendidikan tinggi wajib mengembangkan kecerdasan intelektual, membentuk akhlak yang mulia, dan mengembangkan ketrampilan dari setiap program studi. “Dalam hal ini, mahasiswa dituntut untuk menjadi profesional dan berjiwa pancasila,” ujarnya.
Kegiatan ini turut menghadirkan Letnan Jendral (Letjen) TNI Mar (Purn) Dr Nono Sampono MSi sebagai narasumber utama. Dalam penjelasannya, ia menyampaikan bahwa saat ini kita sedang menghadapi ancaman liberalisme dan fundamentalisme. Hal itu berimbas pada penurunan peran bangsa dan semakin acuhnya masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila maupun hukum. Hal itu semakin diperparah dengan adanya isu radikalisme dan juga pengaruh budaya barat yang menjangkit setiap aspek di kalangan masyarakat.
Sejak berdirinya negara Indonesia hingga saat ini, aspek kemajemukan adalah hal yang tidak bisa dilepaskan. Kemajemukan adalah rahmat yang harus disyukuri dan dijunjung tinggi. Perbedaan yang terjadi di kalangan masyarakat juga merupakan fitrah bagi bangsa Indonesia. Namun, persatuan merupakan aspek yang harus dikedepankan dalam setiap sendi kehidupan. “ Contoh nyatanya yaitu pada momen Sumpah Pemuda pada tahun 1928, para pemuda mengucapkan kesadaran kebangsaan atas dasar persatuan,” tutur Wakil Ketua 1 DPD RI tersebut.
Saat ini, Indonesia sedang menghadapi transformasi besar dalam berbagai aspek. Kondisi politik dan pemerintahan yang dinamis, ekonomi yang berbasis industri, hubungan internasional, maupun stabilitas dan keamanan publik. Hal itu tentu tidak akan berjalan dengan baik apabila masing-masing golongan lebih mengedepankan kepentingannya sendiri.
Lebih lanjut, ia menegaskan tentang arti penting dari empat Konsensus Nasional. Diantaranya yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), asas Bhineka Tunggal Ika, Ideologi Pancasila, dan Undang-Undang Dasar 1945. Empat nilai tersebut merupakan landasan yang harus dipegang teguh seutuhnya dan berlaku untuk seluruh Warga Negara Indonesia (WNI). “Muara akhirnya adalah perkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,” tegasnya.
Di akhir materi, ia menekankan tentang nilai Pancasila yang harus tetap digunakan sebagai sumber semangat, kearifan, dan kekuatan bangsa. Nilai Pancasila dapat menyadarkan bangsa dalam menghadapi berbagai cobaan serta mampu merajut kembali persatuan dan kesatuan yang telah retak. “Semoga Indonesia yang akan datang bisa lebih baik lagi di tangan kalian para pemuda,” pungkasnya. (lut/id)
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di