Serat goni yang dikenal cukup kasar dan cenderung digunakan untuk perabotan rumah tangga atau pembuatan karung menjadi lebih bernilai dan menarik di tangan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Tiga mahasiswa yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ITS berhasil mengubah serat goni menjadi produk fashion dengan merek MACGORA.
Merek fashion yang menghadirkan aksesoris dan tas wanita berbahan dasar serat goni tersebut dirintis oleh Nadya Paramitha J, Nurul Idzi Lutvi P, Deananda Putri Z, dan Satya Dharmawanto. Nadya selaku ketua tim menjelaskan bahwa ide ini bermula dari tugas kuliah yang diajarkan di Departemen Desain Produk (Despro) ITS.
Kala itu, mereka diharuskan membuat makrame. yakni teknik tali menali yang dicetuskan pelaut Arab dan kini berkembang ke seluruh dunia. Pada umumnya, teknik macrame ini identik dengan gaya boho. “Jadi gaya berpakaian yang asalnya dari kelompok budaya semacam seniman gitu,” tutur Nadya.
Dari sana, Nadya bersama timnya terdorong untuk menjadikan ilmu yang mereka pelajari sebagai sebuah bisnis. Sehingga akhirnya ide tersebut dibawa menjadi karya PKM. Dengan bantuan dari dosen pembimbing PKM mereka, Eri Naharani ST MDs, keempat mahasiswa ini secara pasti mulai merintis merek ciptaan mereka, MACGORA.
Menurut Nadya, mereka memilih goni sebagai bahan utama pembuatan aksesoris ini lantaran murah dan mudah diperoleh. Apalagi, tali goni selama ini hanya cenderung dijadikan karung saja. Aksesoris MACGORA milik timnya pun mereka padukan dengan teknik macrame. “Jadi nilai jual produk kami akan lebih tinggi dengan penggunaan goni,” imbuh mahasiswi meyakinkan.
MACGORA sendiri lebih fokus pada produk fashion. Menurut Nadya, hal ini lantaran kebutuhan akan produk fashion terus meningkat setiap saatnya. Hingga kini berbagai aksesoris pun telah diproduksi seperti anting, gelang, gantungan kunci, serta beragam jenis tas wanita. Penjualan aksesoris sejauh ini dapat melalui toko online, media sosial, dan secara langsung. “Kami menjualnya secara pre-order, dari awal hingga penjualan, kami semua yang kerjakan,” terangnya.
Uniknya, karya yang telah tersebar luas di Surabaya ini kaya akan unsur batik dan pakaian adat Indonesia. Nadya menjelaskan, melalui produk mereka, timnya ingin melestarikan batik nusantara. Dalam setiap produk MACGORA selalu disisipkan unsur batik, seperti pada nama produk atau motif makrame-nya. Pembeli juga akan diberikan kartu yang berisi penjelasan batik atau pakaian adat terkait. “Jadi dalam setiap penjualan, pembeli akan mendapat wawasan baru mengenai kekayaan budaya Indonesia ini,” ujarnya bangga.
Ke depannya, Nadya berharap agar MACGORA dapat lebih dikenal masyarakat dan nantinya akan menjadi bisnis berkelanjutan yang lebih besar lagi. “Selain itu, dengan ini kami berharap akan mampu memberikan juga edukasi batik dan pakaian adat nusantara kepada banyak orang,” pungkas Nadya penuh harap. (dik/mik/HUMAS ITS)
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)