ITS News

Selasa, 19 November 2024
16 Juli 2019, 16:07

Mahasiswa ITS Ciptakan Membran Pengolah Limbah CO2 Industri Kilang Minyak

Oleh : itsdik | | Source : https://its.ac.id

Proses pengujian kinerja membran dengan gas karbondioksida dan metana di labotratorium Kimia ITS

Di Indonesia belum ada langkah spesifik dalam mengolah emisi gas Karbondioksida (CO2) hasil industri kilang minyak. Menjawab tantangan tersebut, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mencoba mengembangkan material aplikasi membran MMM-NKTZ untuk pemisahan gas CO2.

Penelitian ini diharapkan menjadi langkah awal untuk mulai mengolah limbah CO2 sebelum dibuang ke udara. Tim mahasiswa tersebut adalah Rafika Amalia Annur, Safiratul Firdaus, dan Retia Faizatun N yang berasal dari Departemen Kimia, Fakultas Sains ITS. Rafika selaku ketua tim menjelaskan, selama ini limbah gas CO2 kerap kali langsung dibuang begitu saja tanpa diolah terlebih dahulu.

(dari kiri) Retia Faizatun N, Rafika Amalia Annur, dan Safiratul Firdaus, tim dari Departemen Kimia ITS yang meneliti membran pemisah CO2 dari limbah industri kilang minyak

Hal ini diyakini Rafika dan tim akan menyebabkan terjadinya pemanasan global. Pada tahun 2016 saja, menurut Rafika, emisi gas CO2 sudah mencapai 49.3 giga ton. “Yang mana itu setara dengan 72 persen dari total emisi gas pada tahun tersebut,” ungkap mahasiswa angkatan 2015 ini dengan nada cemas.

Rafika menuturkan, yang diteliti oleh timnya adalah pengembangan material aplikasi membran untuk pemisahan gas CO2. Ia menjelaskan, selama ini material umum untuk membran adalah zat karbon dan zeolit. Karbon digunakan karena luas permukaannya besar dan zeolit digunakan lantaran memiliki tingkat penyerapan CO2 yang tinggi. “Hingga akhirnya banyak peneliti yang mulai mengembangkan gabungan kedua material ini menjadi karbon tertemplat zeolit (KTZ),” jelas mahasiswi berhijab ini.

Proses pembuatan membran oleh mahasiswi tim MMM-NKTZ dari Departemen Kimia ITS

Tujuan pengembangan KTZ adalah untuk mendapatkan material yang mampu menyerap CO2 dalam jumlah banyak dan luas permukaan yang besar seperti material yang digabungkan tadi. Rafika dan tim menggunakan material KTZ yang telah diberikan doping nitrogen (menjadi N-KTZ) sebagai pengisi membran pemisahan karbondioksida. “Dengan adanya gugus nitrogen yang bersifat basa, kami harap mampu mengikat gas CO2 yang cenderung sifatnya asam,” terang gadis berkacamata ini.

Pembuatan membran ini sendiri masih dalam tahap penelitian, mulai dari proses pembuatan material N-KTZ, hingga pembuatan membran flat MMM-NKTZ, serta uji daya serap gas CO2. Meski baru diteliti dalam skala laboratorium, ke depannya Rafika dan tim ingin mengembangkan temuan ini agar dapat digunakan pada skala industri. “Jadi gak hanya kilang minyak saja, namun juga dapat diaplikasikan di industri lain yang mengemisikan limbah CO2,” tuturnya penuh harap.

Tim PKM binaan Nurul Widiastuti SSi MSi PhD ini juga berharap agar penelitian mereka dapat digunakan sebagai sumber referensi bagi penelitian selanjutnya. Pasalnya, Rafika menambahkan, aplikasi membran ini tidak hanya dapat mengurangi emisi gas CO2, namun juga untuk digunakan bagi sektor lain. “Nantinya kalau dikembangkan lebih jauh lagi, berbagai sektor industri di Indonesia akan mampu mengolah limbah CO2 dengan lebih matang,” pungkas mahasiswi yang meneliti temuan ini di laboratorium Kimia ITS mantap. (dik/mik/HUMAS ITS)

Berita Terkait