ITS News

Minggu, 29 September 2024
16 Juli 2019, 15:07

Mahasiswa ITS Rancang Pengolahan Limbah dari Lumpur Lapindo

Oleh : itsvio | | Source : -

Pengembangbiakan bakteri SV-30 pada penelitian B&B Bioremediasi-Bioenergi Bakteri SV-30 dan Zeolit-Y Pengolahan Limbah Kromium dan Amonium

Kampus ITS, ITS News – Penyepuhan dengan aliran listrik pada perlindungan logam terhadap korosi biasanya menghasilkan limbah yang mengandung logam berat berbahaya bagi makhluk hidup. Melihat hal ini, tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang teknik pengurangan polutan hasil penyepuhan menggunakan bakteri dari lumpur Lapindo.

Tim dari Departemen Kimia ITS yang terdiri dari Alvin Rahmad Widyanto, Irmariza Shafitri Caralin, dan Alvin Romadhoni Putra Hidayat inilah yang mencanangkan solusi pengolahan limbah kromium (Cr) dan amonium menggunakan teknik bioremediasi ini. Teknik tersebut memanfaatkan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan serta berpotensi sebagai bioenergi baru.

Inovasi tersebut disusun oleh tim yang diketuai oleh Irmariza Shafitri Caralin ini dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan judul B&B: Bioremediasi-Bioenergi Bakteri SV-30 dan Zeolit-Y Pengolahan Limbah Kromium dan Amonium. “Kromium (VI) merupakan salah satu logam B3 yang dapat menyebabkan berbagai penyakit bahkan kematian,” ungkap Alvin Rahmad Widyanto, salah satu anggota tim.

Sedangkan amonium sendiri dapat mencemari perairan karena mengandung kadar Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) yang tinggi. Di bawah bimbingan Herdayanto Sulistyo Putro SSi MSi, penelitian ini memanfaatkan bakteri SV-30 dari lumpur aktif Lapindo, Sidoarjo dan diuji menggunakan Microbial Fuel Cell (MFC). Anoda pada MFC berisi bakteri SV-30, sedangkan bagian katoda berisi limbah kromium.

Alvin Rahmad Widyanto sedang melakukan uji adsorbsi kromium pada penelitian B&B Bioremediasi-Bioenergi Bakteri SV-30 dan Zeolit-Y Pengolahan Limbah Kromium dan Amonium.

Alvin menjelaskan, bakteri SV-30 akan diberikan nutrisi berupa limbah amonium sebagai sumber energi makanan bagi bakteri. Sehingga bakteri tersebut akan mendegradasi amonium serta mengubah limbah berbahaya Cr (VI) menjadi Cr (III) yang lebih aman. “Limbah amonium dalam penelitian ini didapatkan dari industri perikanan,” ungkapnya. Zat penyerap Zeolit Y digunakan untuk memaksimalkan pengurangan kadar kromium.

Menurut Alvin, keunggulan dari bakteri SV-30 sendiri dapat menghasilkan power density 10 kali lipat lebih besar dibandingkan bakteri lain yang digunakan dalam mengolah limbah. Selain itu, bakteri ini memiliki kemampuan beradaptasi yang baik terhadap lingkungan ekstrem. “Bakteri SV-30 dapat bertahan hidup di limbah yang berbeda-beda,” tuturnya. Bakteri ini juga diakui berpotensi sebagai energi baru terbarukan di masa yang akan datang.

Dalam menyusun inovasinya, Alvin menjelaskan bahwa inovasi ini tidak membutuhkan biaya yang sangat mahal. Namun, ia mengaku kesulitan dalam mengambil sampel bakteri dari lumpur aktif Lapindo Sidoarjo. “Jarak maksimal dari pusat semburan hanya 250 meter dan tekstur lumpur yang semakin cair, sehingga susah untuk lebih dekat,” terangnya. (vi/HUMAS ITS)

Berita Terkait