Kampus ITS, ITS News – Mikroalga akhir-akhir ini menjadi komoditas yang banyak dilirik sebagai bahan baku alternatif pembuatan biodiesel. Inilah salah satu hal yang mendasari mahasiswa doktoral Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Ummu Kalsum, mengangkat judul penelitian Pengembangan Pembuatan Biodiesel dari Mikroalga dengan bantuan Microwave secara In Situ sebagai disertasinya.
Lewat penelitian ini, Ummu Kalsum pun dinyatakan lulus menyandang gelar doktor dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor yang digelar Jumat (16/8). Perempuan yang juga berprofesi sebagai dosen Teknik Kimia Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar ini menerangkan, penelitiannya ini bertujuan untuk mengkaji potensi pengembangan biodiesel dari mikroalga melalui reaksi transesterifikasi in situ.
Ia menyebutkan, mikroalga yang digunakan dalam penelitiannya adalah mikroalga hijau jenis Chlorella Sp, Spirulina platensis, dan Nannochloropsis occulata. Selanjutnya, perempuan kelahiran 1969 ini memaparkan bahwa mikroalga tersebut memasuki proses transesterifikasi menggunakan katalis homogen, yaitu KOH dan H2SO4, serta katalis heterogen, yaitu ZnO dan ZSM-5.
Ummu menjelaskan bahwa penggunaan katalis tersebut ditentukan oleh lipid yang dihasilkan mikroalga dalam proses ekstraksi. Pada mikroalga yang menghasilkan asam lemak bebas rendah seperti Chlorella Sp, katalis yang digunakan adalah katalis yang bersifat basa. “Sebaliknya, untuk mikroalga yang menghasilkan asam lemak tinggi diproses menggunakan katalis asam,” paparnya.
Dalam penelitian ini pula, Ummu menggunakan gelombang mikro (microwave) sebagai metode pemanasan menggantikan metode pemanasan konvensional. Menurutnya, penggunaan gelombang mikro menyebabkan waktu reaksi yang diperlukan untuk menghasilkan biodiesel lebih cepat. “Selain itu, kandungan produk yang dihasilkan dari reaksi menggunakan gelombang mikro lebih banyak daripada menggunakan pemanasan konvensional,” ungkapnya.
Mengenai prospek penggunaan mikroalga sebagai penghasil biodiesel di Indonesia, perempuan berkerudung ini menilai Indonesia memiliki prospek yang besar. Pasalnya, Ummu menerangkan bahwa Indonesia merupakan negara tropis yang mendapatkan paparan melimpah dari sinar matahari. Sinar matahari itu sendiri merupakan komponen penting dalam fotosintesis mikroalga.
Tidak hanya itu, ibu dari tiga anak ini menambahkan bahwa mikroalga merupakan bahan baku generasi ketiga yang tidak bersaing dengan fungsinya sebagai bahan makanan. Dalam pembudidayaannya, mikroalga juga tidak membutuhkan banyak lahan. Inilah yang menurut Ummu menjadi nilai tambah mikroalga dibandingkan bahan baku biodiesel lainnya.
Meskipun demikian, Ummu mengaku belum merasa puas dengan hasil penelitiannya. Menurutnya, masih diperlukan penelitian lebih lanjut terutama dalam proses pemurnian biodiesel yang dihasilkannya. Ia pun tidak menutup fakta bahwa biodiesel yang dihasilkannya belum memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk biodiesel. (fat/HUMAS ITS)
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)