Kampus ITS, Opini – Tidak terasa ritual upacara kemerdekaan sudah mencapai angka 74 kali. Ini artinya sudah 74 tahun Indonesia merdeka dari penjajah. Perjalanan Indonesia untuk menjaga kemerdekaan yang hampir seabad ini tidak tergolong mudah. Kemajuan dan inovasi telah ditorehkan. Namun banyak masalah korupsi dan kasus pelanggaran yang dilakukan rakyat Indonesia.
Bebas dari penjajahan merupakan sesuatu yang penting. Dengan hal itu, kita berhak menentukan nasib kita sendiri dan tak ada yang berhak mengatur dan menentukan nasib. Namun jika melihat kejadian di lapangan kita terjajah oleh bangsa kita sendiri. Jarak antara orang kaya dan orang miskin cukup jauh. Kehidupan kota dan desa sudah tidak bisa disamakan.
Mungkin jarak antara orang kota dan desa itulah yang menyebabkan persepsi kemerdekaan berbeda. Tak salah jika orang kota menyebut bulan kemerdekaan itu adalah bulan dengan ajang perlombaan panjat pinang, makan kerupuk. Dan orang desa pun menganggap bulan kemerdekaan itu bulannya diskon dan tebar kupon restauran maupun mall-mall mahal.
Sebagai masyarakat yang berpendidikan seharusnya kita memaknai kemerdekaan dengan membaca cerita sejarah dan proses heroik, berperang, mengusir orang-orang asing. Dengan hal itu kita akan menumbuhkan cinta kepada negara yang didirikan melalui pengorbanan para pejuang bangsa.
Namun nahasnya masih banyak orang beranggapan bahwa segelintir orang yang ada di bangsa harus diistimewakan, karena sebuah agama atau suku yang dia miliki. Bahkan tidak sedikit orang yang mengira bahwa penduduk dengan agama mayoritas berhak diiistimewaan dibanding agama lain.
Ditambah lagi pandangan tersebut masih dinikmati banyak orang dan menjadi obrolan panas sehari hari, baik secara diam – diam maupun terang – terangan dalam sebuah forum. Mereka berfikir bahwa dengan memiliki masa mayorita maka kehendak dirinya harus dipatuhi semua orang karena kehendaknya mewakili kehendak mayoritas. Tentunya pandangan tersebut dapat menyebabkan perpecahan bangsa Indoneisa. yang sudah berumur 74 tahun ini.
Oleh sebab itu salah satu kado yang bisa kita berikan kepada bangsa ini yakni dengan menumbuhkan sikap toleransi antar suku bangsa dan agama. Penting juga menumbuhkan sikap saling membaur antara si kaya dan si miskin. Jangan sampai ada jarak, karena hakikatnya kita sama sama rakyat negara Indonesia yang merdeka karena perjuangan sang penjajah.
Semoga ke depan peringatan kemerdekaan tidak hanya menjadi ritual. Masyarakat harus membaca sejarah perjuangan bangsa melawan penajajah sekaligus menanamkan rasa cinta pada bangsa. Karena dengan kada-kado indah tersebut persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia akan hidup kembali. Jayalah Indonesiaku. (qin)
Ditulis oleh
Muhammad Ainul Yaqin
Mahasiswa Departemen Teknik Industri / Fakultas Teknologi Industri
Angkatan 2017
17 Agustus 2019
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)