ITS News

Sabtu, 28 Desember 2024
24 Agustus 2019, 06:08

Doktor Teknik Elektro ITS Temukan Desain Optimal untuk PLTB

Oleh : itsmis | | Source : www.its.ac.id

Dwiana Hendrawati memberikan penjelasan mengenai hasil disertasinya dalam sidang terbuka promosi doktor Departemen Teknik Elektro ITS

Kampus ITS,ITS News – Pemanfaatan energi angin menjadi energi listrik di Indonesia masih terbatas. Untuk itu, pemanfaatan energi angin dalam skala besar yang disebut wind farm atau Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) perlu dilakukan secara efektif guna membantu meningkatkan produksi listrik tersebut.

Kondisi itulah yang mendorong mahasiswa program doktoral Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dwiana Hendrawati, mengangkat penelitian disertasinya dengan judul Rekonfigurasi Nilai Koefisien Daya Turbin Angin Berbasis Algoritma Kunang-Kunang untuk Peningkatan Daya Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Di bawah bimbingan Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng yang juga merupakan Rektor ITS.

Melalui penelitian ini, Dwiana Hendrawati dinyatakan lulus sebagai doktor ke-128 dari Teknik Elektro ITS dengan predikat sangat memuaskan dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor yang digelar Jumat (23/8). Perempuan yang bekerja sebagai dosen di Politeknik Negeri Semarang (Polines) ini menerangkan, penelitian ini bertujuan mengetahui desain optimasi PLTB yang menghasillan energi listrik optimal dengan menggunakan algoritma kunang-kunang.

Dwiana mengatakan, saat ini energi terbarukan perlu dimanfaatkan lebih baik lagi. Adanya peningkatan kebutuhan energi di Indonesia, energi angin bisa menjadi pilihan yang baik. Konversi angin menjadi energi listrik akan lebih optimal bila dilakukan dengan skala besar melalui PLTB ini. Hal inilah yang menjadi kendala untuk membangun sumber energi tersebut. “Energi angin kurang dilirik karena membutuhkan dana investasi dan luas lahan yang cukup besar,” ungkap perempuan berkerudung yang biasa disapa Ana ini.

Dipaparkan Ana, kendala lain dari konversi energi listrik maksimal dari PLTB sendiri adalah adanya efek wake. Yakni penurunan kecepatan angin yang akan dialami oleh turbin hilir, yaitu turbin yang jaraknya jauh dari pusat hembusan angin. Hal ini berdampak pada penurunan daya PLTB secara keseluruhan.

Menurut Ana, peningkatan daya PLTB bisa dilakukan dengan mengoptimalkan pengoperasian turbin (wind farm control optimization), yang diawali dengan optimasi penempatan turbin (wind farm layout optimization). “Penempatan turbin angin yang efektif tidak hanya memengaruhi konversi energi, tetapi juga memengaruhi biaya pemanfaatan energi angin,” ujarnya.

Dwiana Hendrawati memberikan penjelasan mengenai hasil disertasinya dalam sidang terbuka promosi doktor Departemen Teknik Elektro ITS

Untuk itu, lanjut Ana, permasalahan operasi dan desain PLTB ini membutuhkan algoritma optimasi dengan fungsi tujuan ganda, yakni menghasilkan daya maksimal dengan biaya minimal. Di antara metode algoritma optimasi, algoritma kunang-kunang (firefly algorithm) dipilih karena unggul dalam memperoleh titik optimal global dengan fungsi tujuan ganda, sesuai dengan tujuan penelitian.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh ibu tiga anak ini berhasil menemukan bahwa desain PLTB dengan posisi staggered atau zigzag lebih cocok diterapkan di Indonesia. Hal ini disebabkan kecepatan angin di Indonesia hanya berkisar antara tiga hingga lima meter per detik. Sedangkan tata letak aligned lebih menguntungkan jika diterapkan pada area yang memanjang searah kecepatan angin yang lebih besar.

Ana juga mengungakpkan, risiko PLTB terhadap bencana sangat minim, sehingga menambah poin plus dalam pemanfaatan energi angin. PLTB juga cocok jika dibangun di daerah pantai karena kawasan tersebut memiliki banyak angin. Ia berharap hasil penelitian kali ini dapat diaplikasikan di Indonesia. “Apalagi Indonesia memilki garis pantai yang luas, potensi pantai harus dimanfaatkan dengan baik,” tuturnya.

Dwiana Hendrawati (lima dari kiri) beserta para promotor dan penguji sidang terbuka promosi doktor di Departemen Teknik Elektro ITS

Sementara itu, pelaksanaan sidang terbuka promosi doktor di kampus berakreditasi A seperti ITS ini, dinilai relatif sudah baik oleh Dr Totok Prasetyo BEng MT, Direktur Pembinaan Kelembagaan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yang turut hadir dalam sidang.

Totok juga menambahkan bahwa akan lebih baik jika ada minimal satu orang dosen asing yang turut hadir dalam pelaksanaan sidang. “Sehingga wawasan keilmuan lulusan program doktor di ITS nantinya akan lebih luas,” ujarnya memberi saran. (aje/HUMAS ITS)

Berita Terkait