Kampus ITS, ITS News – Luas area tanah lunak di Indonesia yang bisa menyebabkan penurunan bangunan diperkirakan sekitar 10 persen dari total daratan di Indonesia. Karena itulah, Yusti Yudiawati ST MT dari program doktoral Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan metode tiang friction dalam disertasi yang dipresentasikannya pada sidang terbuka promosi doktor di Ruang Sidang Teknik Sipil ITS, Kamis (29/8).
Yusti mengatakan, riset yang dilakukannya tersebut dilatar belakangi banyaknya bangunan yang miring di Kota Banjarmasin. Kondisi itu disebabkan fondasi bangunan diletakkan di lapisan tanah yang lunak. Oleh sebab itu, Yusti melakukan penelitian dan pengujian ini di Universitas Lambumangkurat, Banjarmasin. “Dari riset ini dapat diprediksi perilaku jangka panjang penurunan tiang bangunan,” jelas Yusti.
Penelitian yang dibimbing oleh Prof Ir Indrasurya B Mochtar MSc PhD dan Prof Ir Noor Endah Mochtar MSc PhD ini menjelaskan bahwa fondasi yang tertanam pada tanah lunak memiliki banyak permasalahan. Salah satunya penurunan fondasi gedung yang tidak sama. Penurunan ini menyebabkan kerusakan dari struktural bangunan. Sedangkan prediksi besarnya penurunan pada tiang letakan jauh lebih sulit daripada menentukan daya dukung tiang. “Karena penurunan tiang ditentukan oleh pembebanan jangka panjang,” papar alumni magister Teknik Sipil ITS ini.
Yusti mengungkapkan bahwa untuk menghadapi hal tersebut diperlukan adanya penelitian pada fondasi sesungguhnya (real pile). Kondisi tersebut dapat dilakukan dengan cara pengujian pembebanan di lapangan. Cara ini juga dilakukan dengan pengamatan penurunan jangka panjang yang terjadi pada kepala tiang. “Hasil uji pembebanan jangka panjang akan dievaluasi terhadap hasil uji pembebanan jangka pendek,” tutur Yusti.
Yusti melanjutkan, penelitannya ini bertujuan untuk mendapatkan kurva load displacement hasil uji pembebanan langsung tiang lekatan tunggal dan kelompok. Dengan kurva itu akan diketahui perilaku jangka pendek dan jangka panjangnya. “Selain itu juga akan didapatkan metode prediksi load displacement jangka pendek tiang lekatan tunggal,” kata doktor ITS kelahiran Malang ini.
Kurva tersebut, menurut Yusti, dapat juga digunakan untuk mendapatkan metode perencanaan fondasi kelompok tiang lekatan yang boleh mengalami penurunan tapi tidak terjadi differential settlement. “Differential settlement ini adalah kondisi fondasi bangunan berada dalam mode tidak rata,” terang Yusti.
Metode penelitian ini dilakukan dengan mengamati perilaku load displacement tiang lekatan, tunggal, dan kelompok di lapangan. Perilaku tersebut dapat diketahui dengan melaksanakan tiga program pengujian. Program tersebut berupa penyelidikan tanah, pengujian pembebanan tiang ultimate, serta pengujian pembebanan dan pengamatan jangka panjang. “Pengujian tersebut dilakukan dengan beberapa variasi beban dan waktu waktu pengamatan,” ujarnya.
Dari penelitian tersebut Yusti menyimpulkan, penurunan akibat pembebanan jangka pendek tiang kelompok lebih besar daripada tiang tunggal dengan reduksi kapasitas aksial kelompok tiang lekatan mencapai 50 persen. Deformasi jangka panjang pada tiang lekatan mengakibatkan penurunan jangka panjang melebih penurunan yang diijinkan, “Kami juga membuat formulasi konstanta rangkak U jangka panjang untuk perhitungan dalam penelitian ini,” imbuh Yusti.
Disampaikan Yusti, manfaat besar dari penelitian ini adalah ketika membangun gedung baru dapat diprediksi penurunannya. Apabila keadaan gedung tersebut boleh turun, maka dapat dibatasi penurunan dari konstruksi tersebut. Apabila tidak boleh turun dapat didesain dengan TZ curve dalam perencanaannya. Sehingga bangunan tersebut tidak akan turun atau dapat mengalami penurunan ,tapi tidak menyebabkan kondisi bangunan miring. “Riset ini bisa dikembangkan dengan rasio beban gempa, sehingga bisa diletakkan di daerah gempa,” jelas Yusti lagi.
Harapannya, penelitian ini dapat diimplementasikan di Indonesia dan disosialisasikan, sehingga dapat dimasukkan dalam perencanaan gedung di daerah tanah lunak. Dengan begitu, bangunan yang dibangun di tanah lunak dapat kokoh berdiri dan sedikit atau tidak sama sekali mengalami penurunan dalam jangka waktu yang sangat lama. “Dengan begitu akan mencegah bangunan miring dalam waktu cepat, sehingga bahan bangunannya tidak akan cepat rusak,” pungkasnya. (qin/HUMAS ITS)
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi