ITS News

Jumat, 27 September 2024
26 September 2019, 14:09

Doktor ITS Modelkan Biaya Mutu Ekonomis

Oleh : itsmia | | Source : -

Muhammad Rosiawan saat mempresentasikan disertasinya di ruang Auditorium Sinar Mas, Teknik Industri.

Kampus ITS, ITS News – Dalam mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, perusahaan seringkali terpaku kepada dua teori yang berbeda, yakni model biaya mutu dan manfaat ekonomi. Hal ini memicu salah satu doktor baru lulusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Drs Muhammad Rosiawan MT, mengintegrasikan kedua model untuk penerapan standar sistem Manajemen Mutu ISO 9001 yang dipresentasikan di Auditorium Sinarmas Teknik Industri, Jumat (5/9).

Rosiawan menjelaskan, program peningkatan mutu merupakan  faktor penentu dalam keberhasilan kinerja operasional perusahaan. Hal ini bertentangan dengan penelitian lain yang menunjukkan hubungan negatif dengan kinerja perusahaan. Hubungan negatif ini berkaitan dengan dampak atau manfaat ekonomi dari penerapan program peningkatan mutu. “Hal ini merupakan teori terpisah dari pada model biaya mutu,” terangnya.

Alumnus Departemen Statistika ITS ini mengungkapkan, saat ini masih jarang penelitian lebih lanjut yang mengintegrasikan penerapan model biaya mutu dan manfaat ekonomi program peningkatan mutu. Sehingga manajemen puncak sering mengajukan pertanyaan terkait investasi yang dibutuhkan dan dampak kinerja perusahaan.”Namun penelitian saya mampu mengintegrasikan pengukuran biaya dan dampaknya,” gumamnya.

ISO 9001 merupakan standar internasional di bidang sistem manajemen mutu. Untuk mendapatkan akreditasi ISO, perusahaan harus meningkatkan mutunya hingga sesuai standar. Namun, dalam peningkatan mutu tentu dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh sebab itu, perusahaan menggunakan model biaya mutu untuk memastikan standar mutu yang dapat dipenuhi dengan biaya rendah.

Dr Rosiawan bersama keluarga dan Dosen Penguji Sidang Doktoral pada Jum’at, 5 September 2019.

Dalam prosesnya, konsultan yang pernah berkontribusi dalam pembuatan buku persyaratan ISO 9001:2015 yang diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) pada tahun 2017 itu menghadapi banyak kendala. Kendala yang paling menghambat adalah proses pencarian data biaya operasional perusahaan. “Banyak perusahaan yang menutup diri ketika berkaitan dengan data keuangan,” ungkap pria kelahiran Sidoarjo ini.

Menyiasati hal tersebut, Rosiawan akhirnya mencari data  aktivitas perusahaan yang mampu diukur per jamnya. Sehingga dapat dihitung keuangan perusahaan tersebut. Dari dua perusahaan yang diukur, hanya satu yang dapat digunakan datanya. “Karena data yang diperoleh pada perusahaan tersebut cukup valid,” terangnya.

Setelah melalui proses penelitian, Rosiawan menghasilkan model baru yang mampu menghitung dan mengintegrasikan biaya rendah, penghematan tinggi, dan kinerja tinggi. Kinerja yang tinggi meliputi mutu, waktu, dan hal lainnya“Dalam perencanaan program peningkatan mutu, model ini sangat menghemat waktu dan efisien, sebab tidak perlu menghitung dua kali,” tegasnya.

Kelebihan lain dari model ini adalah dapat diterapkan dalam berbagai proses bisnis. Pria kelahiran 1975 ini menyatakan, di perusahaan ada banyak proses bisnis seperti logistik, produksi, pemasaran, dan lainnya. Dalam penelitian ini, ia hanya meneliti salah satu dari proses tersebut. Meskipun begitu, modelnya dapat diterapkan untuk seluruh proses bisnis yang berbeda.

Selain itu, model ini dapat digunakan untuk mencapai standar ISO lainnya. Sebab, meskipun setiap jenis ISO memiliki persyaratan yang berbeda, metodologinya sangat mirip. Pendekatan yang digunakan bukan hanya dapat diterapkan pada ISO 9001 melainkan juga ISO yang lain. “Misalkan untuk mengukur biaya dan dampaknya pada standar kesehatan dan keselamatan kerja pada ISO 45000,” ucap pria yang pernah mengambil magister di Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.

Sidang doktor Rosiawan ini berlangsung sukses dengan dihadiri berbagai pelaku akademik, industri, dan ekonomi. Salah satunya adalah ketua Masyarakat Standarisasi (Mastan) BWP Jawa Timur, Sofie Kusminarsih. Ia memuji hasil penelitian Rosiawan yang dianggap akan dapat membantu banyak pelaku industri manufaktur. “Rosiawan adalah salah satu aset Jawa Timur dalam bidang standarisasi,” pungkasnya. (mia/qin)

Berita Terkait