ITS News

Senin, 18 November 2024
27 September 2019, 13:09

Tingkatkan Pemahaman Penyebab Bencana Hidrometeorologi Lewat Kuliah Tamu

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Dr Deni Septiadi MSi saat menyampaikan materi dihadapan mahasiswa Departemen Teknik Fisika ITS.

Kampus ITS, ITS News ­­­­­­­­ – Sebagai masyarakat di negara yang sering dilanda bencana alam hidrometeorologi, kesadaran untuk melek akan faktor-faktor yang menjadi pemicu bencana tersebut merupakan dasar untuk memahami tindakan preventif yang bisa dilakukan. Hal tersebut disampaikan Dr Deni Septiadi MSi dalam kuliah tamu bertajuk Bencana Hidrometeorologi yang digelar Departemen Teknik Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Rabu (25/9) di Ruang Sidang Utama Teknik Fisika.

Mengawali penjelasannya, dosen Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) ini menyampaikan bahwa bencana hidrometeorologi merupakan bencana alam yang diakibatkan fenomena meteorologi seperti angin kencang, hujan lebat, dan gelombang tinggi.  Mengingat Indonesia adalah salah satu negara yang memungkinkan awan-awan konvektif (awan berpotensi hujan) tumbuh dan bertengger, membuat bencana ini rawan terjadi di Indonesia.

Apalagi, awan-awan konvektif yang muncul di Indonesia seringkali mencapai bentuk sempurnanya yaitu awan cumulonimbus (Cb) yang notabene dikenal sebagai awan berbahaya, karena kehadirannya yang disertai arus listrik serta golak­an udara yang sangat dahsyat.

“Tak berhenti sampai disitu, di dalam awan ini (awan Cb, red) sering terdapat badai yang disertai petir,” ungkap Deni.

Lebih lanjut, awan yang sering berbentuk gum­pal­an besar dan umumnya berwarna gelap ini sering muncul pada musim peralihan dari kemarau ke hujan, yaitu di antara bulan September hingga November. Alhasil, pada periode tersebut sering terjadi angin puting beliung, curah hujan ekstrim disertai petir, hujan es, bahkan banjir bandang.

Tidak hanya itu, alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) ini juga menambahkan, efek awan Cb memiliki pengaruh negatif pada dunia penerbangan. Gumpalan besar dan badai di dalam awan Cb berpotensi menimbulkan turbulensi pesawat terbang. Selain itu, pesawat juga bisa tersambar petir sehingga awan ini sering mengganggu keperluan take off maupun landing dari pesawat.

Peserta kuliah tamu yang terlihat antusias saat mendengarkan materi.

Pria berkacamata ini juga menuturkan, selain awan Cb masih banyak faktor-faktor yang menjadi pemicu bencana hidrometeorologi. Oleh karena itu, Ia berharap mahasiswa ITS, khususnya mahasiswa Departemen Teknik Fisika dapat berkontribusi untuk melakukan mitigasi bencana hidrometeorologi melalui penelitian-penelitian terkait sistem deteksi bencana yang inovatif.

Sebagai penutup, Deni berpesan kepada audiens untuk senantiasa meningkatkan kesadaran diri dalam menangani persoalan bencana ini. Sebagai bagian dari masyarakat, Ia juga mengimbau hendaknya setiap orang memahami apa yang dihadapi dan tahu batasan-batasan dari setiap apa yang dilakukan. “Karena bahwasanya bencana tidak hanya dipicu oleh faktor alam, akan tetapi tindakan-tindakan manusia tanpa sadar juga dapat menjadi penyebabnya,” pungkasnya. (ion2/rur)

Berita Terkait