ITS News

Selasa, 19 November 2024
03 Oktober 2019, 13:10

Di Balik Kesuksesan Tim Sapuangin pada KMHE 2019

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Tim Sapuangin ketika menerima juara 1 dalam kategori urban gasoline pada Kompetisi Mobil Hemat Energi (KMHE) 2019, Sabtu (28/9)

Kampus ITS, ITS News – Tim Sapuangin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan tinta emas dalam Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) 2019, Sabtu (28/9) malam. Meski terdiri dari anggota baru, Tim Sapuangin mampu dengan menyabet dua juara sekaligus.

Prestasi luar biasa kembali ditorehkan Tim Sapuangin dalam ajang KMHE 2019 di Universitas Negeri Malang (UM). Bersama Tim Nogogeni, tim ini berhasil menjadikan ITS sebagai juara umum pada kontes tersebut. Tim Sapuangin berhasil meraih juara satu pada mesin urban diesel dan juara dua pada mesin urban gasoline.

Diterima di Markas Tim Sapuangin di lantai 2 Departemen Teknik Mesin ITS, Muhammad Syadid Al Fauzi, Ketua Tim Sapuangin KMHE 2019 mengungkapkan awalnya cukup susah dalam mengoordinasi tim di kontes ini. Dengan keanggotaan tim yang merupakan peralihan dari kompetisi Shell Eco Marathon (SEM) 2019, tim baru ini sudah dibebani kejuaraan KMHE. Padahal, Tim Sapuangin sendiri belum memiliki struktur keanggotaan yang jelas akibat rekrutmen terbuka yang baru selesai Agustus kemarin.

Fauzi menjelaskan, pada tim KMHE 2019 ini terdapat empat anggota tim lama. Sedangkan keanggotaan tim lama yang lain mempersiapkan diri untuk Student Formula Jepang (SFJ) Agustus lalu. Keempat anggota lama yang masuk dalam tim KMHE lalu terbagi ke dalam divisi engine, divisi electrical, divisi body, dan divisi aerodynamic. Pada mulanya, dari Juli sampai Agustus, keempat orang tersebutlah yang menangani kedua mobil yang dilombakan. “Namun setelah rekrutmen terbuka, mereka dibagi menjadi kedua cabang mobil tersebut, gasoline dan diesel,” ungkap Fauzi.

Selain masalah keanggotaan, kendala yang dialami Tim Sapuangin adalah lokasi untuk melakukan riset uji coba. Bagi Fauzi dan tim, selama ini tempat yang digunakan di Kenjeran Park dirasa masih belum sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. “Selain itu, biaya yang dikeluarkan bisa mencapai Rp 1 juta selama satu kali uji coba. Hal itu cukup menguras biasa,” paparnya pada ITS Online.

Dari segi performa mesin, Fauzi mengatakan bahwa jalur yang panjang mengakibatkan mesin dituntut memiliki sistem transisi lebih berat. Namun, KMHE 2019 memiliki jalur yang pendek sehingga cukup menggunakan sistem transisi yang ringan. Dari segi electrical, Tim Sapuangin menambahkan sensor revolutions per minute (rpm). Selain itu, ditambahkan pula Global Positioning System (GPS) untuk mengetahui keadaan engine dan monitoring dari jauh.

Ke depannya, Tim Sapuangin akan mempersiapkan diri untuk SEM 2020 maupun SFJ 2020. Rencananya tim yang dibentuk dari 2009 ini juga akan membenahi internal tim, sponsorship, dan perencanaan yang lebih matang pada keanggotaan ke depan.

Mahasiswa angkatan 2016 ini berharap Tim Sapuangin dapat tetap mempertahankan prestasi, baik di SEM maupun KMHE. Selain itu, ia juga berkeinginan agar tim ini juga dapat menembus Drivers World Championship (DWC) Eropa. “Harapan kami juga Tim Sapuangin sanggup mencapai 20 besar SFJ tahun depan,” pungkasnya penuh harap. (ion24/id)

Anggota Tim Sapuangin berfoto bersama saat hari pertama KMHE 2019

Berita Terkait