Kampus ITS, ITS News – Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasinya dalam ajang penghargaan Asosiasi Sekolah Perencana Indonesia (ASPI). Kali ini, kelompok studio yang berasal dari Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) ITS berhasil meraih juara pertama di kategori Rencana Umum (RU). Ajang penghargaan tersebut berlangsung di Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kamis (3/10).
Setiap tahunnya ASPI akan mengadakan ajang penghargaan untuk memberikan apresiasi kepada mahasiswa PWK di seluruh Indonesia yang memiliki karya studio terbaik. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatan kualitas perencanaan tata ruang yang berkelanjutan melalui ide-ide studio yang ditelurkan oleh generasi muda. Studio sendiri merupakan proses pembuatan rencana tata ruang dengan mempertimbangkan aspek potensi dan masalah yang terdapat di wilayah perencanaan.
Tim yang diketuai oleh Muhammad Nafis Bahtiar Amirul Yasin ini beranggotakan enam orang. Antara lain Umbara Sakti Mihardja, Saryulis, Diandra Artianti, Thresya Chrisdiana, Jihan Nabila Arifin, dan Muhammad Ilham Perkasa yang merupakan mahasiswa Departemen PWK angkatan 2016. Dengan mengusung konsep Integrated Resilience Community-Based Tourism, tim yang berada di bawah bimbingan Arwi Yudhi Koswara ST MT dan Vely Kukinul Siswanto ST MSc ini berhasil memberikan karya terbaiknya dalam Kongres X ASPI di Pontianak tersebut.
Ide yang diangkat berasal dari hasil observasi kondisi eksisting Kawasan Lereng Pegunungan Anjasmoro. Kawasan tersebut diakui Nafis sebagai kawasan yang memiliki potensi pengembangan pariwisata yang tinggi. Namun, kondisi geografis yang tidak memungkinkan menyebabkan kawasan tersebut rawan terjadi bencana banjir dan tanah longsor. “Dua hal yang bertentangan tersebut yang coba kami selesaikan melalui rencana tata ruang yang kami usulkan,” ungkapnya.
Ia melanjutkan bahwa Kabupaten Mojokerto sendiri dikenal dengan pariwisata alamnya yang menawan, khususnya di Kawasan Lereng Pegunungan Anjasmoro. Kondisi tersebut tercermin dari banyaknya air terjun, arung jeram, dan pemandian air panas. Selain itu, di kawasan tersebut juga terdapat makam pemuka agama seperti makam Sunan Pangkat, Mbah Sinari, Mbak Ajeng Jabung, dan Mbah Mustofa Cakrabhuwana. “Faktanya, potensi-potensi yang ada disana belum dikembangkan secara maksimal oleh pemerintah setempat dan masyarakat sekitar,” ungkap pria asal Nganjuk tersebut.
Dibalik keindahan alam yang disuguhkan, bayang-bayang bencana menjadi hal yang sangat disoroti oleh Nafis dan timnya. Menurutnya, pada kawasan yang direncanakan ini (Kawasan Lereng Pegunungan Anjasmoro,red) belum memiliki konsep tanggap bencana dan kawasan berkelanjutan. Sehingga perlu diterapkan konsep manajemen risiko bencana yang dapat mendukung rencana pengembangan wilayah tersebut serta untuk mengurangi risiko bencana yang ada.
Dengan pertimbangan potensi dan permasalahan yang ada, Nafis dan tim menerapkan konsep Integrasi Pariwisata berbasis Ketahanan dan Pemberdayaan Masyarakat. Pada konsep yang diusung, menitikberatkan peran masyarakat pegunungan sebagai pelaku utama pengembangan wilayahnya. Hal ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat setempat supaya tingkat kesejahteraannya semakin meningkat. “Untuk mewujudkan hal tersebut kami mengusulkan adanya program pelatihan pertanian, pengolahan, wirausaha dan e-commerce,” timpalnya.
Selain itu, program lain yang diusulkan oleh Nafis dan tim adalah pengembangan infrastruktur kebencanaan. Infrastruktur ini mencakup pengembangan jalur evakuasi dan pembangunan Dinding Penahan Tanah (DPT) sebagai antisipasi bencana longsor. Hal itu diusulkan sebagai bentuk upaya mitigasi bencana yang ada di kawasan perencanaan.
Batasan perencanaan ini adalah tiga kecamatan pada Kabupaten Mojokerto yang mengelilingi Pegunungan Anjasmoro, yakni Kecamatan Jatirejo, Kecamatan Gondang, dan Kecamatan Pacet. Nantinya pada kawasan ini akan diadakan lima jalur wisata alam dan satu jalur wisata religi. Untuk menguatkan promosi, lanjutnya, semua produk dan agenda pariwisata yang berasal dari ketiga kecamatan tersebut akan dipromosikan dengan slogan ‘Jatipandang’ yang berarti Jatirejo-Pacet-Gondang.
Sebagai tim dengan predikat karya studio terbaik, Nafis dan tim berharap karyanya tidak hanya berhenti sampai ajang penghargaaan ASPI saja. “Kami berharap rencana kami dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pemerintah Kabupaten Mojokerto untuk pengembangan wilayahnya kedepannya,” pungkasnya. (mia/bel)
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi