ITS News

Senin, 02 September 2024
12 Oktober 2019, 11:10

Gelapnya Museum di Tengah Teriknya Mentari

Oleh : itsdik | | Source : ITS Online

Museum Nasional Indonesia. (Sumber gambar: Wikipedia)

Kampus ITS, Opini – Sebagai bangunan yang melakukan pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat, museum memiliki peran sangat penting bagi dunia pendidikan dan kebudayaan. Namun nyatanya, museum masih belum memancarkan eksistensinya di tengah perkembangan zaman. Lalu, apa yang menjadi masalah utama dari redupnya eksistensi museum ini?

“Ayah, minggu ini kita ke taman hiburan dong,” ujar seorang anak mengagetkan si ayah yang sedang membaca koran di teras rumah. Sembari meneguk teh hangat, si ayah dengan halus menolak permintaan anaknya itu. “Dari pada ke sana, gimana kalau ayah ajak ke museum aja di pusat kota?” tanya si ayah mencoba meyakinkan puteranya ini. Sang anak lantas menolak mentah-mentah tawaran ayahnya. “Gak mau ke museum, isinya kuno semua, gak ada yang seru,” jelas si anak yakin. 

Perlu diakui, nyatanya museum memang tidak sememesona wahana hiburan atau pusat perbelanjaan. Rumah bagi berbagai macam benda historis ini cenderung hanya akan dikunjungi masyarakat di akhir pekan. Dan itu pun tidak seberapa ramai, kisaran usia para pengunjung museum pada umumnya banyak diisi kalangan orang tua dan anak-anak mereka yang belum memasuki usia remaja. Hanya beberapa remaja yang dengan sukarela memilih museum sebagai tempat kunjungan untuk mengisi waktu luang.

Di sisi lain, harga tiket masuk museum di hampir seluruh lokasi di Indonesia dapat dikatakan sangat murah. Hanya perlu merogoh kocek sekitar Rp 2.000 hingga Rp 30.000, pengunjung dapat menikmati setiap sudut bangunan museum beserta koleksinya tanpa dibatasi durasi tertentu. Tentunya hal ini lebih murah dibandingkan menonton film di bioskop tertentu dengan batasan waktu bukan?

Secara keseluruhan, terdapat tiga bahasan utama yang saya rasa perlu diperhatikan lebih oleh kita semua. Yakni kesan tua museum yang membosankan, minimnya minat remaja mengunjungi museum, dan dengan harga relatif murah, museum tetap tidak mampu mengatasi permasalahan tersebut. Lantas bagaimanakah seharusnya museum disikapi dan diperhatikan?

Saya rasa, bagi pengelola dan pihak yang bertanggung jawab atas museum, kini sudah saatnya untuk meramahkan tempat ini bagi seluruh kalangan. Lebih khusus lagi keluarga yang membawa anak-anak kesayangan mereka dan juga remaja yang terdiri dari generasi Y (milenial) dan generasi Z. Sebut saja contohnya museum seni digital L’Atelier des Lumières yang menghidupkan lukisan-lukisan Vincent Van Gogh, memproyeksikannya di dinding, langit-langit dan lantai-lantai bangunan. Namun, menjadikan museum lebih ramah dan menarik tentu butuh anggaran lebih. Oleh sebab itu, peran pemerintah terkait dan donatur museum sangat penting. 

Pengelola museum juga tampak kurang gencar dalam mempromosikan berbagai koleksi yang tersedia di museum mereka. Kondisi museum yang bagai “antara ada dan tiada” seakan masih belum mampu disingkirkan dari benak khalayak. Oleh karena itu, di era internet seperti ini terdapat berbagai macam media yang dapat dimanfaatkan untuk memperkuat promosi.

Pemerintah juga tidak hanya berperan dalam penguatan anggaran dan penambahan fasilitas. Sebagai contoh, melalui Dinas Pendidikan, Dinas Kebudayaan, dan Dinas Pariwisata terkait, dapat digalakkan program anjuran karya wisata bagi siswa sekolah ke wahana museum tertentu setiap semesternya. Toh program ini tidak akan bertentangan dengan proses belajar mengajar, manfaatnya pun dapat dirasakan seluruh pihak. Tentu layak untuk direalisasikan dengan dukungan seluruh pihak terkait.

Di hari Museum Nasional Sabtu (12/10) ini, mari kita jadikan hari ini sebagai ajang untuk lebih memperhatikan kondisi museum di sekitar. Tiada salahnya menghabiskan waktu luang di museum. Tiada ruginya mengajak orang terdekat menikmati ragam koleksi di museum. Dan yang pasti, hal ini dapat kita jadikan sarana untuk melestarikan eksistensi museum di Indonesia. Jangan mau kalah dengan museum di negara tetangga. Masyarakat Indonesia pasti sanggup mengembangkan museum hingga menjadi destinasi wisata unggulan yang nyaman dikunjungi dan dapat dirasakan manfaatnya.

 

Ditulis oleh:

Muhammad Faris Mahardika
Mahasiswa S-1 Departemen Teknik Kelautan ITS
Angkatan 2018
Reporter ITS Online

Berita Terkait