Kampus ITS, ITS News – Sejak berhasilnya misi Apollo 11 pada 50 tahun silam, arus ketertarikan manusia terhadap bulan menjadi semakin deras. Sepertinya yang ditunjukan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Astronomy Club (IAC), yang bersama NASA’s Lunar Reconnaissance Orbiter menggelar seminar International Observe The Moon Night (InOMN) 2019, Jumat (11/10).
Bulan merupakan satelit alam Bumi yang menyimpan segudang hal menarik, baik yang sudah banyak orang tahu maupun yang belum. Helmy Yoga Prakoso dalam kesempatan yang diberikan kepadanya, menyampaikan bahwa ada kemiripan antara bulan dengan bumi. Salah satu yang menjadi pembedanya yakni ukuran. Jika diibaratkan bumi merupakan bola basket sedangkan bulan itu bola tenis, namun keduan memiliki lintasan orbit yang bentuknya sama yaitu elips.
Dari satu faktor ini, lantas berujung pada rutinitas yang disebut dengan fase bulan. Selama satu waktu itu, bulan mengitari bumi (revolusi bulan) dan akan terjadi perubahan penampakan bulan kala dilihat dari permukaan bumi. Hal tersebut akibat dari pemantulan sinar matahari yang dilakukan oleh bulan. Jadi jika kita melihat tampilan bulan yang berbeda-beda di tiap hari, maka jawabannya ada pada periode revolusi serta rotasi bulan.
Selanjutnya, Meidani Nuzul Tri Pamungkas menyambung obrolan sebelumnya dengan membahas soal fenomena bulan purnama dan bulan mati. Bulan purnama atau bulan penuh merupakan siklus rutin bulan yang dapat disaksikan pada waktu petang. Sementara bulan mati memiliki kaitan erat dengan fenomena gerhana bulan. Dimana pada saat itu posisi antara matahari, bumi, dan bulan berada di dalam satu garis lurus. Dan uniknya kejadian bulan mati ini pastinya terjadi bersamaan dengan bulan purnama. “Hanya saja, fenomena tersebut (gerhana bulan, red) terjadi dengan menyesuaikan kemiringan bidang ekliptika orbit bulan,” ucap mahasiswa Departemen Teknik Industri tersebut.
Selepas itu hadir pula Drs Agus Purwanto MSc DSc dengan topik bahasan yang dekat hubungannya dengan bulan, yakni soal luar angkasa. Namun menariknya, pada kesempatannya kali ini ia akan mengupas topik tersebut dari sisi agama. Dosen Departemen Fisika ITS tersebut, mengungkapkan bahwa langit pada dasarnya terdiri dari tujuh tingkatan dan selaras dengan apa yang ada di dalam salah satu kitab suci. Dan dalam pandangan ilmiah pun hal tersebut nyatanya tidak keliru. Sehingga dari hubungan sederhana antara keyakinan dengan pengetahuan tersebut, harapnya dapat memicu keingintahuan setiap orang serta menumbuhkan bibit imajinasinya.
“Dari kegiatan ini, dapat kita ambil bahwa yang mahal dari sains merupakan imajinasi. Dan inilah salah satu cara untuk membangun imajinasi,” pungkas alumnus Hirosima Unoversity tersebut. (ion24/yok)
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi