Kampus ITS, ITS News — Komunitas Sanggar Saman Institut Teknologi Sepuluh Nopemeber (ITS) mulai menunjukkan kebolehannya. Belum genap dua bulan terbentuk, komunitas yang beranggotakan 20-30 mahasiswa ini berhasil meraih juara ketiga dalam ajang Lomba Tari Saman Tingkat Gerbang Kertasusila yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Ekonomi Islam Universitas Airlangga (Unair) dalam rangkaian Sharia Fair di Tunjungan Plaza, Jumat (18/10).
Dalam penampilannya, Komunitas Sanggar Saman ITS menampilkan 13 penari terbaiknya dengan satu orang syekh dan satu orang penabuh gendang. Najatul Muslim Dinatra yang berperan sebagai syekh dalam tim tersebut mengklaim, gerakan yang kompak dan bervariasi dari tim ini lah yang membuat penampilan mereka memukai para juri. Selain itu, Ia juga menyampaikan bahwa hanya timnya yang mengikuti ketentuan saman yang sebenarnya yakni menjadikan laki-laki sebagai syekh dan penabuh gendang.
“Mungkin hal tersebut menjadi salah satu penyebab kami menang,” canda mahasiswa ITS angkatan 2017 tersebut.
Naja, sapaan akrabnya menyampaikan, perjalanan tim dari awal terbentuk hingga akhirnya mampu menorehkan prestasi tersebut membutuhkan persiapan yang tidak mudah. Diperlukan latihan yang intensif, hingga akhirnya Ia dan tim harus berlatih selama dua jam setiap harinya.
Mahasiswa asal Aceh ini juga menyampaikan, selain menguras tenaga, latihan yang Ia dan tim jalani juga menguras pikiran. Hal tersebut lantaran dalam perlombaan Tari Saman diperlukan inovasi-inovasi gerakan yang beragam. Kendati demikian, komunitas ini tak memanggil guru dari luar, dan lebih memilih membuat variasi gerakan sendiri.
“Untuk meminimalkan pengeluaran akhirnya kami (anggota tim Saman ITS, red) membuat variasi gerakannya sendiri, hal tersebut tak begitu berat karena sebagian tim kita dulunya sudah pernah ikut saman di SMA” ungkap Yolla Eka Rahmanda, salah satu anggota tim Saman ITS saat ditemui kru ITS Online.
Naja juga mengungkapkan, perjalanan mereka untuk mempersiapkan diri jelang kompetisi ini tak selalu mudah, ada beberapa kendala harus dihadapi, salah satunya adalah bagian kostum. Karena baru terbentuk, tim mereka belum memiliki kostum sendiri. Oleh karena itu, mereka harus menyewa kostum dan tentu saja hal itu membutuhkan biaya yang tidaklah murah.
“Untuk mengatasi persoalan tersebut, akhirnya dengan terpaksa kami harus menggunakan uang kas dan masih meminta tiap anggota untuk iuran,” terang Naja.
Di akhir wawancara, Naja menyampaikan bahwa kedepannya komunitas sanggar saman ITS berencana untuk melebarkan sayap mereka untuk menjajaki kompetisi internasional. “Selain itu, kita juga ada rencana untuk menjadikan komunitas saman ini menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) resmi di ITS” pungkasnya. (ion19/rur)
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)
Kampus ITS, ITS News — Tim Spektronics dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali sukses mendulang juara 1 pada ajang
Kampus ITS, ITS News — Kurang meratanya sertifikasi halal pada bisnis makanan khususnya pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),
Kampus ITS, ITS News — Perayaan Dies Natalis ke-64 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah mencapai puncaknya di Graha Sepuluh