Kampus ITS, Opini – Dewasa ini, jejaring sosial sangat akrab dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Dilansir dari data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), persentase pengguna jejaring sosial mencapai 95% dari total 63 juta orang pengguna internet di Indonesia. Tingginya angka pengguna jejaring sosial ini ternyata memberikan dampak negatif dan positif. Namun, seringkali yang lebih banyak disorot adalah sisi negatif dari penggunaan media sosial.
Tidak dapat dipungkiri, penyebaran ujaran kebencian dan tindak provokasi menjadi hal yang paling sering diperbincangkan di jejaring sosial. Sehingga dapat dikatakan bahwa jejaring sosial menjadi wadah penyulut konflik antara kedua belah pihak yang berbeda pendapat.
Namun, pada suasana bulan Ramadhan yang lalu, terdapat suatu peristiwa yang mampu menggerus potret buruk bagi jejaring sosial. Adalah pemilik akun twitter @es_twr yang mengunggah cerita tentang tantangan yang diberikan atasannya di kantor untuk melakukan kegiatan berbagi kebaikan. Tidak disangka cerita yang dibagikannya tersebut menjadi viral dan memberikan respon positif kepada para pembacanya.
Adapun kegiatan yang dilakukan adalah dengan cara memesan makanan atau minuman melalui aplikasi ojek online. Tantangannya adalah pesanan yang dibeli tidak diperuntukkan untuknya melainkan untuk sang pengemudi ojek online. Akhirnya, pemilik akun @es_twr menyetujui tantangan tersebut.
Salah satu pengemudi ojek online menjadi orang yang beruntung pada saat itu. Pasalnya, ia seperti mendapat rezeki nomplok. Mengetahui bahwa makanan yang dibeli diperuntukan untuknya, ia memberikan respon yang sangat menyentuh hati. Ucapan terima kasih dan doa-doa baik dilontarkan untuk si pemesan yang tidak lain adalah pemilik akun twitter @es_twr tersebut.
Saat ini, kita hanya fokus pada anggapan bahwa jejaring sosial adalah racun. Begitu saja tanpa ada tindakan untuk mengubah persepsi tersebut. Padahal, jejaring sosial sudah lekat dengan gaya hidup kita. Segala informasi yang ada di luar sana ataupun yang merujuk pada pengenalan diri kita ke khalayak umum (misalnya untuk kebutuhan pekerjaan) memakai jejaring sosial sebagai media utamanya.
Lalu, mengapa kita tidak memperindah media penunjang kehidupan sosial kita itu dengan sesuatu hal yang baik? Hal yang dapat memberi dampak bagi kita sendiri maupun bagi pengguna lainnya. Ada berbagai cara penyebaran kebaikan yang bisa dilakukan melalui jejaring sosial, salah satunya adalah seperti cerita di atas.
Dengan memaknai cerita di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk menyebarkan sebuah kebaikan melalui jejaring sosial itu tidak lagi menjadi hal yang sulit. Hanya perlu inisiatif untuk memulai semuanya. Karena, sekali saja kita mulai untuk menyebarkan sesuatu di jejaring sosial, informasi tersebut akan langsung terhubung dengan pengguna lain di luar sana.
Namun, dalam melakukan kebaikan itu jangan semata-mata karena ingin dilirik atau dipuji orang. Perlu adanya niatan lurus dan mengingat tujuan awal dalam menyebarkan kebaikan. Kita melakukan hal tersebut bukan karena ingin dikenal khalayak luas. Tetapi, untuk memanfaatkan jejaring sosial dengan baik dan sebenar-benarnya. Karena sejatinya, berbuat baik itu menyenangkan dan tidak ada yang salah dalam menyebarkan kebaikan.
Jadi, tunggu apalagi?
Ayo bersama-sama mulai menyebarkan kebaikan di jejaring sosial dengan ide terbaikmu!
Ditulis oleh
Astri Nawwar Kusumaningtyas
Mahasiswa S-1 Departemen Teknik Kimia
Angkatan 2019
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)
Kampus ITS, ITS News — Tim Spektronics dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali sukses mendulang juara 1 pada ajang
Kampus ITS, ITS News — Kurang meratanya sertifikasi halal pada bisnis makanan khususnya pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),