Semua bermula saat aku baru mengenal namaku, kira-kira saat itu usiaku 18 tahun. Begitu tahu namaku, dunia menjadi 180 derajat berbeda. Ibu yang dulu kerap menimangku, memanjakanku, menuntunku, hingga melindungiku dengan UU Perlindungan Anak, kini sudah tidak ada. Aku benar-benar sendiri, Ibu telah melepaskan genggamannya, membiarkanku berjalan seorang diri. Hingga akhirnya, kutemui secarik kertas di saku pakaian yang sedang kukenakan.
Nak, bukannya ibu melepasmu, tapi lihatlah, kini kau sudah berganti pakaian dari putih abu-abu menjadi jas almamater. Kamu sudah menjadi dewasa. Sudah usai semua perlindungan yang Ibu berikan padamu, karena Ibu percaya kamu dapat menentukan pilihan terbaikmu sendiri. Sudah saatnya kau yang menjaga Ibu. Ingatlah, apabila baik perangaimu, Ibu akan terus hidup. Tapi jika buruk, kau akan mendapati kematian Ibu tepat di depan matamu sendiri. Selamat berjuang, anakku.
Perkenalkan, namaku Mahasiswa.
Jujur membaca surat Ibu membuatku terkejut. Lebih-lebih kudapati orang-orang di sekitarku semakin menuntut ku, karena namaku mahasiswa.Hingga akhirnya aku menemukan, sebuah kisah tentang masa lalu Ibu yang sungguh membuatku terkejut. Dari situ pula aku sadar bahwa aku tidak sendirian, aku punya saudara.
Dahulu, Ibu pernah dipenjara di rumah sendiri, oleh orang-orang asing berkapal. Mereka menjarah semua harta yang Ibu miliki. Hasil bumi, rempah-rempah, hingga sumber daya manusia ikut dimonopoli. Ibu tak berkutik selama lebih dari 350 tahun. Tak berhenti di situ, datang pula janji palsu dari mereka yang bersemboyan Tiga A. Semua peristiwa kelam itu dirasakan Ibu hingga titik balik pun tiba. Malam itu disebut Peristiwa Rengasdengklok.
Rupanya, titik balik itu digagas mereka yang bernama Pemuda, sosok yang kata orang-orang identik dengan diriku. Dengan kegigihannya, mereka mendesak agar Ibu segera dibebaskan. Kejernihan pikirnya, keberaniannya, dan kepeduliannya yang tinggi pada Ibu, menjadi hal yang harus aku tiru. Usahanya membuahkan hasil, Peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945 menjadi momen bersejarah saat Ibu telah terlepas dari cengkeraman para penjajah.
Bahkan jauh sebelum itu, pada 28 Oktober 1928, mereka pemilik nama Pemuda, dengan lantang, mengucap empat kalimat sakral yang menjadi pemersatu, Sumpah Pemuda.
Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Sungguh, apa yang mereka perbuat, membuatku merenung. Di usia yang tak terpaut jauh bahkan sama, mereka bisa melakukan hal yang sangat berguna bagi Ibu. Sejarah lama itu menyadarkanku, betapa Ibu perlu peranku agar tetap sehat sentosa. Bahwa aku adalah penyokong hidup Ibu.
Semakin lama kuresapi, semakin terngiangi lima poin yang kutahu saat awal mengenakan jas ini. Katanya, lima poin itu adalah peran fungsiku, sebagai pemilik nama Mahasiswa.
Pertama, Iron stock, yakni menjad manusia yang memiliki kemampuan dan ahlak yang mulia, aku berperan sebagai pengganti generasi-generasi sebelumku. Kedua, agent of change, menjadi agen perubahan terbaik untuk masyarakat. Ketiga, guardian of value, menjaga nilai positif di negeri ini. Keempat, moral force, menjadi kekuatan moral untuk negeri. Kelima, social control, menjadi jembatan antara masyarakat dengan pemerintah.
Kelima poin itu, yang secara alami aku tahu akan menjadi tuntunan ku dalam melangkah demi menjaga Ibu yang telah percaya padaku. Kuyakinkan pada diriku, bahwa aku akan berkontribusi dan membuat Ibu bangga padaku.
Wahai engkau, saudara kembarku. Pemilik nama yang sama sepertiku. Aku bisa, kau pasti juga bisa. Kau dan aku tidak berjuang sendirian. Kita kokoh bersama-sama. Sadarlah saudaraku, Ibu membutuhkan tenaga kita. Ibu membutuhkan pikiran kita. Tetaplah kuat dan menjadi kebanggaan bagi Ibu Pertiwi kita.
Ditulis oleh :
Salsabila Aida Fitriya
Mahasiswa S-1 Departemen Biologi ITS
Angkatan 2019
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)
Kampus ITS, ITS News — Tim Spektronics dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali sukses mendulang juara 1 pada ajang
Kampus ITS, ITS News — Kurang meratanya sertifikasi halal pada bisnis makanan khususnya pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),