Foto bersama seluruh peserta ARDC ke-10 yang diadakan di Hotel Bumi Surabaya
Surabaya, ITS News — Tiga elemen penting dalam pembangunan arsitektur diantaranya masyarakat, pemerintah, dan akademisi. Hal tersebut disampaikan dalam acara 10th International Conference on Architecture Research and Design (ARDC). Gelaran milik Departemen Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini membahas perpaduan ilmu arsitektur dengan kearifan lokal yang berlangsung di Hotel Bumi Surabaya selama dua hari mulai Senin (4/11) lalu.
Ketua pelaksana ARDC ke-10, Wahyu Setyawan ST MT, menjelaskan bahwa kegiatan tersebut memiliki tema Open Sourcing: Community-Based Knowledge in the Built Environment. Konferensi internasional ini mengundang tiga pihak yang menjadi kunci utama pembangunan arsitektur. Diantaranya dari pihak pemerintah, masyarakat, dan akademisi.
Sesuai dengan temanya, Wahyu menjelaskan bahwa seorang arsitek tidak hanya menyelesaikan masalah dalam masyarakat dengan ilmu arsitektur saja, namun melibatkan kearifan lokal yang telah tertanam di masyarakat. Seorang arsitek hanya berperan sebagai fasilitator.
“Sehingga kita dapat mendesain dan merancang pembangunan dengan masyarakat, karena kita ingin memberikan kesempatan berkarya bersama masyarakat,” tutur dosen Arsitektur ITS tersebut.
Walaupun waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama jika dilakukan bersama masyarakat, Wahyu merasa yakin jika nantinya kepuasan yang didapatkan pasti akan lebih besar. Lebih jauh lagi, berbagai teknologi menjadi lebih mudah dan sesuai untuk diterapkan dalam masyarakat karena adanya interaksi antara masyarakat dengan seorang arsitek.
Ketua Pelaksana ARDC ke-10, Wahyu Setyawan ST MT ketika memberikan sambutan
Dari segi pemerintah, Wahyu menyoroti peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan regulasi perihal pembangunan di suatu wilayah. Dalam unsur akademisi sendiri, Wahyu menekankan bahwa seorang dosen tidak cukup hanya memenuhi tugasnya dengan mengajar perkuliahan di kelas. “Namun juga harus memenuhi tugas dalam melaksanakan pengabdian kepada masyarakat,” imbuhnya.
Sehingga, ungkap Wahyu, konferensi ini juga dapat menjadi pintu bagi masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan mereka. ITS juga akan selalu terbuka dan malah merasa senang jika masyarakat mau menyalurkan pendapat atau permasalahan mereka yang nantinya dapat dibahas bersama-sama untuk bisa mendapatkan solusinya.
Wali Kota Surabaya Dr (HC) Ir Tri Rismaharini MT yang menjadi pembicara utama dalam konferensi hari pertama juga sependapat jika dalam membangun kota harus juga membuat kenyamanan bagi masyarakatnya. “Jika masyarakat merasa tidak nyaman, pasti mereka akan memilih pergi ke luar kota,” tandasnya.
Sehingga, lanjut alumnus ITS ini, masyarakat cenderung menghabiskan uangnya tidak di dalam kotanya sendiri. Hal tersebut berakibat pada pendapatan sentra dalam kota menurun yang juga tentunya akan mempengaruhi pendapatan dari pajak daerah itu sendiri. (sof/id)
Wali Kota Surabaya, Dr (HC) Ir Tri Rismaharini MT (kiri) dan Rektor ITS, Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng (kanan) saling memberikan kenang-kenangan usai acara berlangsung
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menunjukkan eksistensinya di kancah global dengan menempati posisi
Kampus ITS, ITS News — Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar lima persen pada 18 Maret 2025 lalu
Kampus ITS, ITS News — Membawa perubahan baru dalam dunia teknologi kecerdasan buatan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meluncurkan Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Isu krisis iklim yang kian membutuhkan solusi nyata mendorong Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR