Kampus ITS, ITS News – Pada 2012 silam World Health Organization (WHO) menyatakan, stroke merupakan penyakit penyumbang kematian tertinggi di Indonesia yakni sebesar 21 persen. Melihat fakta ini, sebagai institusi pendidikan yang bergerak dalam bidang teknologi kesehatan, Departemen Teknik Biomedik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar kuliah tamu guna mengedukasi mahasiswanya mengenai teknologi terkini rehabilitasi stroke, Kamis (7/11).
Prof Dr Chao-Min Wu, salah seorang dosen National Central University, Taiwan yang hadir sebagai pembicara pada kuliah tamu tersebut menyampaikan, stroke adalah penyakit yang diakibatkan oleh terganggunya aliran darah menuju otak. Akibatnya, otak tidak dapat menerima asupan oksigen serta nutrisi dari tubuh sehingga beberapa sel-sel otak menjadi mati.
“Jika keadaan ini terus berlanjut, akan berdampak pada hilangnya kendali pada beberapa bagian tubuh,” terang Prof Chao.
Selanjutnya, Ia menerangkan bahwa untuk menangani pasien stroke diperlukan sistem rehabilitasi yang menarik. Hal tersebut bertujuan agar metode umum penanganan stroke yang dilakukan di rumah sakit dapat dioptimalkan. Untuk itu, diperlukan sistem rehabilitasi yang menarik untuk meningkatkan motivasi pasien pasca stroke dalam tahap rehabilitasi.
Mengangkat topik Development of Wireless Sensing Devices for Diagnosis and Rehabilitation Application, Prof Chao menceritakan penelitiannya mengenai sistem rehabilitasi berbasis virtual reality (VR) untuk pasien stroke. Menurutnya implementasi VR dalam proses rehabilitasi stroke merupakan ide yang menarik.
“Dengan demikian, tujuan untuk menumbuhkan motivasi pasien dalam tahap ini (rehabilitasi, red) dapat dicapai,” klaimnya.
Lebih lanjut, Prof Chao menjelaskan. pada sistem ini pasien akan menggunakan kacamata VR dan berusaha menggerakkan tubuh mereka. Pada saat yang sama, dokter akan mengamati apakah ada gerakan yang dilakukan oleh pasien, sehingga dokter dapat menganalisa kemampuan pasien dalam mengendalikan anggota tubuh mereka.
Selain itu, rehabilitasi untuk tubuh bagian atas digunakanlah sebuah sistem yang disebut dengan virtual environment (VE). Dengan bantuan motion sensing (pendeteksi gerakan), data gerakan yang pasien lakukan akan dikumpulkan guna menentukan program rehabilitasi lanjutan.
Pada proses ini, bagian yang berbeda memiliki metode yang berbeda pula. Seperti contohnya untuk bagian bahu, tes yang dilakukan berupa peregangan, koordinasi, dan kemampuan dalam menggapai sesuatu. Sedangkan untuk bagian jari-jari, akan dilakukan tes berupa pinching atau berusaha untuk mengambil sesuatu dengan cara mencubit.
Pada akhir materi, Prof Chao menyampaikan bahwa sistem yang ia rancang ini akan terus dikembangkan. Ia berharap kepada audiensi yang hadir, terutama mahasiswa ITS memiliki minat untuk melakukan penelitian terhadap sistem ini. “Dengan bantuan kalian (audiensi, red) saya yakin sistem yang saya (Prof Chao, red) rancang ini dapat terus berkembang dan dapat menolong banyak orang,” pungkas Prof Chao penuh harap. (ri/rur)
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi