Prof Laszlo T Koczy DSc saat menjelaskan tentang Logika Fuzzy dalam Wokshop Advanced Fuzzy System and Its Applications
Kampus ITS, ITS News — Dalam bidang elektronika, digunakan berbagai macam logika, seperti Logika Fuzzy. Bertujuan mengenalkan Logika Fuzzy dan penerapannya, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghelat lokakarya di Ruang AJ-201, Rabu (13/11).
Prof Laszlo T Koczy DSc, pembicara pada lokakarya ini menerangkan, Logika Fuzzy merupakan jenis logika yang memiliki nilai samar antara benar dan salah. Dalam logika ini, suatu hal bisa bernilai benar dan salah secara bersamaan. Penerapannya berkaitan dengan masalah yang mengandung unsur ketidakpastian, ketidaktepatan ataupun kekaburan. “Nilai keanggotaanlah yang menentukan tingkat kebenaran dan kesalahan,” jelas pria yang akrab disapa Koczy ini.
Lanjutnya, nilai keanggotaan Logika Fuzzy berada di rentang 0 hingga 1, berbeda dengan Logika Aljabar Boolean yang hanya mengenal notasi 0 dan 1, atau ya dan tidak. Dengan kata lain, Logika Fuzzy digunakan untuk menerjemahkan besaran yang diekspresikan dengan bahasa. Contohnya, jarak diekspresikan dengan dekat, agak dekat, jauh, dan sangat jauh. “Pada dasarnya semua itu muncul secara biologis dari otak manusia dalam mendeskripsikan sesuatu,” terang Research Councils Széchenyi István University ini.
Koczy juga menyebutkan, seorang ilmuwan Amerika Serikat berkebangsaan Iran, Lotfi A Zadeh pada 1965 melalui teori himpunan fuzzy miliknya menjelaskan, terdapat nilai yang dapat dianalisis diantara nilai 0 dan 1. Dikarenakan adanya nilai buram ini, logika ini lebih banyak diaplikasikan di Jepang daripada Amerika Serikat. “Sebab kultur barat cenderung memandang persoalan hanya sebagai ya-tidak, sukses-gagal. Berbeda dengan kultur timur yang masih ada unsur abu-abu,” sambung pria berpostur tinggi ini.
Secara konsep, menurut Koczy, Logika Fuzzy memiliki beberapa kelebihan dibanding logika lain. Penggunaan konsep matematis yang mendasari penalaran Logika Fuzzy dinilai sangat sederhana, sehingga mudah dimengerti. Selain itu, data-data yang tidak tepat tidak secara langsung dinilai, namun dianalisis lebih mendalam dengan batas toleransi tertentu, sehingga dinilai lebih fleksibel. “Dalam logika ini, nilai keanggotaan masing-masing diberikan secara independen dan tidak terkait satu sama lain,” tutur alumnus Budapest University of Technology and Economics ini.
Lanjut Koczy, saat ini Logika Fuzzy sudah ramai digunakan para peneliti. Mulai dari teori kendali, hingga inteligensia buatan. Dalam dunia engineering pun, logika ini sangat berguna untuk memberikan logika yang detail. “Seringkali analisa logika ini menghasilkan sesuatu yang mengejutkan, benar benar baru dan lebih efisien,” ujarnya.
Dalam penerapannya, Logika Fuzzy banyak ditemukan dalam perangkat-perangkat elektronik seperti mesin cuci atau Air Conditioner (AC). Secara teknis, pada mesin cuci misalnya, Logika Fuzzy digunakan pada sensor untuk mendeteksi kotoran pada pakaian. Masukan yang diperoleh berupa tingkat kekotoran, jenis kotoran, serta jumlah pakaian yang dicuci. “Nantinya, dapat ditentukan keluaran berupa jumlah putaran mesin cuci yang tepat secara otomatis,” imbuhnya. (mad/hen)
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi