Kampus ITS, ITS News – Kualitas hidup manusia dalam sebuah lingkungan dapat diukur dengan melihat kondisi sarana dan prasarana permukimannya. Seperti metode community mapping yang dilakukan oleh Laboratorium Komputasi dan Analisis Perencanaan Keruangan (Labkom) Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), yang hadir sebagai isyarat perbaikan permukiman di Keluruhan Keputih, Surabaya.
Menurut Ummi Fadlilah Kurniawati ST MT MSc, metode community mapping diimplikasikan menghasilkan acuan yang tepat dalam perencanaan dan pengendalian pembangunan sarana dan prasarana permukiman. Sebab dalam mekanismenya, masyarakat sekitar akan diberi andil untuk berkontribusi. “Dengan perencanaan yang partisipatif ini, akan lahir rekomendasi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, khususnya di Kelurahan Keputih,” ujar ketua tim dari kegiatan pengabdian masyarakat Labkom Departemen PWK ITS ini.
Terlebih dalam urusan pengambilan data lapangan yang dilakukan oleh tim peninjau. Informasi dari masyarakat yang terkait dengan fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, ekonomi, dan ruang terbuka hijau (RTH), akan menjadi salah satu bahan pertimbangan penting dalam pemetaan aspek sarana. Sedangkan untuk prasarana, persoalan sumber air bersih, sanitasi, persampahan, drainase, dan jaringan jalan tak akan lupat dalam pengamatan.
Dengan semua itu, selanjutnya akan dilakukan analisis melalui aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai media visualisasi yang akan mempermudah proses pengambilan keputusan. Dari alat itu pula, akan ditunjukannya permasalahan permukiman yang ada di Kelurahan Keputih. Seperti diantaranya, kualitas air yang tidak siap minum, jalan rusak, drainase kotor, hingga kegiatan sanitasi di sungai yang dapat memicu pencemaran lingkungan. Sedangkan permasalahan pada aspek sarana adalah kurangnya ketersediaan mushola, pasar lingkungan, dan taman dibandingkan dengan jumlah penduduknya.
“Kondisi ini banyak terjadi pada kawasan kumuh yang ada di Kelurahan Keputih yaitu di Rukun Warga (RW) 1, 2, dan 8,” tutur dosen muda Departemen PWK ITS tersebut.
Selain itu masih ada problematika mengenai keterjangkauan sarana di Keputih yang terjadi hampir di segala penjuru. Hal tersebut tak lain akibat dari penataan fasilitas publiknya yang belum merata dan sulit dijangkau. Meski demikian, penanganan perkara pemenuhan dan perbaikan sarana dan prasarana di Keputih tetap diprioritaskan di RW 2 dan 8. Yang mana kedua tempat tersebut selain masuk ke dalam kawasan kumuh, juga belum memiliki capaian sarana yang memadahi.
Setelah didapatkan hasilnya, Ummi berharap pemetaan ini dapat menjadi rujukan untuk menemukan dan memperbaiki sarana dan prasarana permukiman, khususnya dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di setiap wilayah di Kota Surabaya. Sedangkan dalam ranah keilmuan, hasil penelitian ini menjadi ajang pengembangan aplikasi SIG dalam konteks kehidupan di masyarakat. Dan tidak lupa, ia mengapresiasi masyarakat Keputih yang telah ikut serta menyukseskan penelitian ini. “Masyarakat begitu kooperatif dan antusias kala kami wawancara mengenai kondisi eksisting lingkungan tempat tinggalnya,” pungkasnya. (ram/yok)
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi