ITS News

Senin, 18 November 2024
01 Desember 2019, 20:12

EDUFEST 2019 Ungkap Solusi Masalah Pendidikan

Oleh : itstri | | Source : ITS Online

(dari kiri ke kanan) Laksmi Puspitowardhani, Asril Novian Alifi, Saiful Rochman dalam Edufest 2019

Kampus ITS, ITS News – Pendidikan masih menjadi bahan keluhan yang santer dibicarakan di lingkungan masyarakat. Namun, sekedar keluhan saja tak lantas menjadikan solusi dari masalah-masalah yang kerap dibicarakan tersebut. Membahas persoalan tersebut, gelaran Education Festival(Edufest) 2019 menjawab penyelesaiannya dalam diskusi interaktif bertajuk Apa Kabar Pendidikan Indonesia? dalam perspektif pemerhati pendidikan dari tiga unsur yang berbeda, Minggu (17/11) lalu. 

Dalam diskusi interaktif besutan ITS Education Care Center (IECC) tersebut, Dr Saiful Rachman MM MPd, salah satu narasumber dari unsur pemerintahan mengawali diskusi dengan pemaparannya mengenai isu strategis masalah pendidikan. Salah satu poin yang diangkat adalah belum optimalnya kualitas sebaran pendidik dan tenaga kependidikan. “Kualitas dan kuantitas guru di setiap daerah jumlahnya masih belum seragam,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Periode 2015-2019 tersebut.

Beragamnya sistem yang diterapkan pemerintah dalam hal pendidikan menjadikan guru yang merupakan lakon utama dituntut untuk memiliki kemampuan yang setingkat dengan sistem tersebut. Namun, dalam realitanya masih belum semua guru berkemampuan seperti yang diharapkan pemerintah. Hal ini relevan dengan salah satu kebijakan pendidikan yang menuai kontra di masyarakat, yaitu sistem zonasi. “Sistem tersebut bertujuan untuk menghilangkan kultur sekolah favorit dan pinggiran,” terangnya.

Kualitas guru adalah salah satu aspek yang menjadi patokan masyrakat untuk lebih memilih sekolah yang berlabel favorit dan menutup mata pada sekolah-sekolah di luar itu. Saiful mengatakan, hal tersebut menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah.  “Kualitas guru yang belum sesuai kriteria masyarakat harus dipersiapkan agar hasilnya menjadi lebih baik dan sesuai harapan,” terang pria yang telah 33 tahun berkecimpung di dunia pendidikan tersebut.

Mengacu pada permasalahan tersebut, Asril Novian Alifi, Alumni Pengajar Muda Indonesia Mengajar beranggapan bahwa penyelesaian masalah pendidikan tidak perlu dilakukan secara kompleks. Namun, dapat dimulai melalui pemetaan berdasarkan pada kemampuan diri sendiri. “Sadari, aku ini punya apa dan bisa apa. Dari sinilah kita bisa mulai bergerak,” ujar penulis buku Rockstar Teacher tersebut.

Asril juga menambahkan bahwa dalam mengambil keputusan harus lebih berhati-hati dan tidak hanya berdasar pada keadaan saja. Hal tersebut bisa membuat kesalahan langkah dalam pengambilan keputusan untuk penyelesaian persoalan. “Pada akhirnya membuat kita tidak menempatkan the right man on the right place,” jelas pria berkacamata tersebut.

Selain itu, alumnus Universitas Airlangga ini juga membeberkan kiatnya menjadi seorang guru yang berlaku seperti seorang penyanyi rock. Ibarat sebuah konser, ia selalu menjadikan ruang kelas sebagai panggungnya dan murid sebagai penontonnya. “Saya berharap setelah selesai mengajar, murid-murid akan berteriak meminta materi selanjutnya seperti penonton yang mendambakan sang rockstar untuk terus tampil menghibur,” jelas Asril.

Sementara itu, menurut Laksmi Puspitowardhani, CEO Bina Edukasi Indonesia, permasalahan tersebut tidak bisa diselesaikan tanpa memperhatikan tiga hal, yakni kolaborasi, tujuan, dan skala. Masalah pendidikan yang terangkum layaknya sebuah teka-teki besar harus diselesaikan dengan kolaborasi antar pihak-pihak terkait. “Utamanya adalah meninggalkan ego pribadi untuk kepentingan bersama,” pesan Laksmi.

Berikutnya mengenai tujuan yang ingin dicapai dalam mengatasi permasalahan tersebut. Alumni Teknik Sipil ITS tersebut menerangkan bahwa seringkali orang-orang ingin mengeksplorasi pada banyak sasaran, namun melupakan tujuan utamanya. “Dari setiap solusi harus ada rancangan induk untuk kedepannya, sehingga harus fokus pada satu tujuan,” ujar perempuan berkerudung tersebut. 

Sebagai penutup, Laksmi menambahkan tentang pentingnya penentuan skala. Menurutnya, solusi yang diberikan untuk mengentaskan masalah pendidikan harus dilaksanakan secara bertahap. “Hal ini agar semua yang dilakukan dapat berdampak pada target yang dituju,” pungkas magister psikologi pendidikan tersebut.  (tri/bel)

Antusiasme peserta diskusi interaktif

Berita Terkait