Kampus ITS, Opini – Dongeng menjadi salah satu kenangan tidak terlupakan yang diberikan orang tua kepada anak. Meski berisi cerita penuh khayalan, makna dibaliknya tetap saja berperan penting dalam perkembangan imajinasi dan pola pikir anak.
Siapa yang tak kenal dongeng, karya sastra lama ini berisikan cerita penuh khayalan yang oleh masyarakat umum dianggap sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi. Biasanya, dongeng diturunkan secara turun-temurun dari nenek moyang melalui lisan ataupun tulisan kepada anak cucunya dengan tujuan pembelajaran.
Lebih dari itu, dongeng mengambil peran penting bagi tumbuh kembang anak. Salah satunya adalah melatih imajinasi anak. Dongeng yang mayoritas disampaikan melalui lisan dengan ataupun tanpa alat peraga menuntut pendengarnya untuk membayangkan bagaimana peristiwa dalam dongeng itu terjadi. Sehingga, imajinasi yang terasah akan membantu anak untuk berpikir kreatif dalam menyelesaikan masalah.
Selain melatih kemampuan imajinasi, dongeng juga dapat menjadi sarana untuk menanamkan kebaikan pada anak. Melalui nasihat yang disampaikan secara tersirat, tentu dapat dipetik amanah yang terkandung dalam setiap cerita dan tingkah laku dari tokoh yang ada di dalamnya. Dengan kata lain, dongeng berperan sebagai sarana orang tua untuk menasehati anak dengan cara penuh kasih sayang.
Satu hal yang dirasa paling penting adalah terbangunnya kedekatan antara anak dengan orang tua. Membacakan dongeng untuk anaknya dapat memberikan kesan sang anak merasa disayangi dan diperhatikan oleh orang tua, lebih-lebih dongen disampaikan di malam hari menjelang tidur. Tentu diharapkan, kedekatan yang dibangun sejak dini akan terus melekat seiring dengan pertumbuhan anak.
Tak cukup sampai di situ, dongenng rupanya bisa meminimalkan korban bencana saat tsunami menghantam Aceh tahun 2004 silam. Tepatnya di Pulau Simeulue berkembang dongeng berjudul Smong yang turun-temurun diceritakan oleh tetua disana. Dongeng itu lahir usai smong atau tsunami menelan banyak korban jiwa di Pulau Simeulue pada 1907.
“Jika kau rasa bumi itu bergetar, lalu air laut menghilang. Janganlah kamu berlari ke pantai dan memungut ikan. Segeralah lari ke bukit atau tempat tertinggi. Tak lama setelah laut menghilang, smong akan tiba dan mengambil semua yang dilintasinya,” begitulah sekilas isi dongeng smong. Sejak bencana tsunami tahun 1907, smong menjadi pelajaran hidup bagi masyarakat Pulau Simeulue dalam upaya mitigasi bencana tsunami.
Ditulis Oleh :
Septian Chandra Susanto
Mahasiswa S-1 Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)