ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
10 Desember 2019, 11:12

Wapresdir BCA Kisahkan Usaha Sang Kakek, Pendiri PT Djarum

Oleh : itsmad | | Source : ITS Online

Armand Wahyudi Hartono, Wakil Presiden Direktur BCA saat memberikan materi dalam Kuliah Umum bertajuk “Sukses Memasuki Dunia Kerja di Era 4.0”.

Kampus ITS, ITS News – Sebagai pengusaha, kegigihan merupakan modal utama untuk merintis bisnis. Kerja keras dan kecerdasan menjadi keterampilan khusus agar bisnis tetap berkembang melintasi zaman. Hal inilah yang dikisahkan Armand Wahyudi Hartono, Wakil Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melalui sejarah sang kakek, Oei Wie Gwan, pendiri perusahaan rokok PT Djarum, pada Jumat (29/11).

Kegigihan merupakan hal paling dasar yang diceritakan Armand Wahyudi Hartono tentang sang kakek, Oei Wie Gwan. Bermodal satu hal ini, ia merintis usahanya memproduksi petasan bagi warga sekitar. “Hanya dalam kurun waktu beberapa dekade saja, Oei Wie Gwan berhasil mendirikan pabrik petasan terbesar nomor satu di Jawa Tengah,” ujar pria yang akrab disapa Armand

Armand melanjutkan, Oei Wie Gwan juga termasuk sebagai salah satu orang yang beruntung. Pasalnya dia mampu berjualan petasan saat pertumbuhan penduduk dan angka kelahiran tinggi. “Semakin banyak angka kelahiran, maka semakin banyak anak kecil. Sehingga menyebabkan usaha petasan dapat berkembang pesat,” tegas pria kelahiran 1975 ini.

Menyoal definisi bisnis, lanjut Armand, sang kakek paham betul bahwa bisnis adalah memahami permasalahan masyarakat dan memberikan solusi yang tepat. Berangkat dari hal inilah, sang kakek membaca kebutuhan masyarakat akan sesuatu yang meriah saat perayaan perkawinan. “Hingga dibuatlah solusi berupa petasan cabe yang dibuatnya melalui belajar sendiri,” ungkap pria kelahiran Semarang ini.

Armand menegaskan, sebagai seorang pebisnis perlu menjadi solutif pada setiap permasalahan. Untuk menjadi solutif, harus melalui belajar. “Selain belajar, pebisnis harus mampu mendengar keluhan masyarakat sekitar dan membuat inovasi baru,” sambung mantan Direktur BCA periode 2009-2016 ini.

Menurut Armand, dalam berinovasi, pengusaha harus selalu berkembang dan tidak boleh berhenti di satu titik. Begitu juga Oei Wie Gwan kala memahami ketakutan anak-anak kecil mendengar suara petasan cabe. “Dengan segenap riset, dibuatlah racikan petasan berbahan kimia tertentu untuk membuat petasan suar warna-warni,” tutur lulusan University of California ini.

Sama halnya dengan inovasi, sambung Armand, pemanfaatan teknologi yang ada juga tidak boleh diabaikan. Sebab, pada era industri, unsur paling utama adalah luasnya jangkauan dan efisiensi produksi. “Kegunaan teknologi bagi manusia adalah sebagai alat untuk mempermudah kerja manusia,” jelas pria yang mengambil magister di Universitas Standford

Saat merintis pabrik petasan pun, cerita Armand sang kakek sudah menggunakan telepon dan mesin ketik, dua alat yang sangat langka di zaman tersebut. “Teknologi bisa menjadi senjata unggulan dibanding kompetitor lain,” kata Putra bungsu dari pemilik PT Djarum, Robert Budi Hartono ini.

Armand kembali melanjutkan, luasnya jangkauan distribusi menandakan bahwa era industri membutuhkan pemahaman logistik yang mumpuni. Pengiriman berskala besar, ongkos seminimal mungkin, kecepatan pengiriman, serta faktor keamanan produk harus dipikirkan bersamaan. Hingga pada akhirnya, digunakanlah kereta. Satu-satunya transportasi berskala besar antar kota. “Kemudian diikuti perluasan pabrik hingga sepanjang enam kilometer,” kata pria yang pernah menjabat direktur BCA 2009 – 2016 ini.

Stabilitas dan kekacauan, ujar Arman merupakan dua hal yang selalu bergandengan dan menghantui setiap pebisnis. Setelah pabrik petasan sang kakek mulai berkembang, muncul lah kekacauan berupa pembakaran dan perampokan oleh orang tak dikenal. Namun sebagai pengusaha, hal ini bukan menjadi akhir dari segalanya. “Pengusaha itu tidak berhenti. Kalau jatuh, bangkit lagi dan kerja lagi,” lanjutnya.

Armand meneruskan, siklus perintisan usaha yang demikian terus dijalani oleh sang kakek hingga pada akhirnya pabrik berganti komoditas menjadi pabrik rokok. Hal ini dilakukan karena adanya kedekatan antara petasan dan rokok yang pemanfaatannya sama-sama dibakar. “Selain itu, permintaan rokok harga murah saat itu juga sedang tinggi, sehingga menjadi peluang usaha yang menjanjikan,” pungkasnya.(mad/qin)

Armand Wahyudi Hartono, Wakil Presiden Direktur BCA berfoto selfie bersama para peserta Kuliah Umum bertajuk “Sukses Memasuki Dunia Kerja di Era 4.0”.

Berita Terkait