Kampus ITS, ITS News — Sulitnya memahami Mata Pelajaran (Mapel) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kerap menjadi momok bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dilatarbelakangi hal tersebut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) gelar lokakarya guna tingkatkan pemahaman siswa SMP.
Sekretaris ITS, Dr Dra Agnes Tuti Rumiati MSc mengatakan, beberapa tahun terakhir seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) semakin ketat. Perlu adanya peningkatan proses pembelajaran terutama bidang IPA, agar para siswa siap menghadapi seleksi masuk PTN yang berbasis sains. “Semakin awal kita bimbing, semakin siap menghadapi seleksi masuk PTN,” ungkap wanita yang kerap disapa Tuti ini.
Tuti berpendapat, Mapel IPA menjadi salah satu pelajaran yang ditakuti para siswa. Sebab, metode hafalan dan hitung-hitungan harus dikuasai siswa untuk memahami pelajaran ini. Tak jarang para siswa mengalami kesulitan karena hal tersebut. “Ini menjadi tantangan bagi guru untuk mengubah paradigma tersebut,” tuturnya dalam acara yang menggandeng Guru Mapel IPA SMP di Sidoarjo dan Surabaya ini.
Lebih lanjut, selain ketakutan siswa, tantangan lain yang harus dihadapi guru adalah latar belakang dan penempatan mereka yang berbeda. Ada kalanya, mereka yang lulusan fisika tetap dituntut untuk menguasai biologi, begitupun sebaliknya. “Saya harap hal ini tidak menjadi tantangan besar dan dapat bapak ibu tangani sendiri,” ujar Dosen Departemen Statistika ITS tersebut.
Wanita berjilbab tersebut menekankan agar guru menyampaikan pelajaran dengan cara yang mudah dipahami. Hal tersebut dilakukan agar para siswa tertarik dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. “Rasa ingin tahu yang tinggi akan diiringi dengan semangat belajar yang juga tinggi pula,” jelas beliau.
Tuti menjelaskan ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar siswa dapat memahami Mapel IPA. Pertama, menelaah kekurangan murid menjadi hal utama yang harus dilakukan. Selain itu, guru harus memastikan bagaimana pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. “Siswa yang kurang aktif menjadi sasaran utama kita, mereka diam karena memang sudah paham atau sebaliknya,” tuturnya.
Selain murid, sarana dan prasarana juga menjadi penting untuk ditelaah. Sarana yang dinilai sudah tidak layak pakai, perlu dilakukan pembenahan dan pembaharuan. Kelayakan fasilitas yang ada harus diperhatikan, sebab sangat berpengaruh dalam proses belajar siswa. “Sarana prasarana yang memadai membuat suasana belajar menjadi lebih baik,” tekannya.
Lanjutnya, evaluasi menjadi langkah wajib yang harus dilakukan. Evaluasi tersebut harus ditulis atau didokumentasikan. Tujuannya, untuk menjadi bukti jika masih banyak kekurangan dalam proses pembelajaran yang harus dibenahi. “Selanjutnya evaluasi ini dibagi dan didiskusikan kepada teman sesama guru untuk mencari solusi terbaik,” ungkap Tuti.
Tuti berharap agar para guru SMP ini menerapkan langkah-langkah yang telah dijelaskannya. Beliau yakin jika langkah-langkah tersebut dilakukan maka peningkatan mutu pun dapat tercapai. “Saya percaya seorang guru akan senang saat melihat murid-muridnya sukses,” pungkasnya. (dil/hen)
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah