ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
30 Desember 2019, 23:12

Singgahsana, Pameran Furnitur Buah Karya Mahasiswa ITS

Oleh : | | Source : ITS Online

Kursi karya mahasiswa Departemen Desain Interior yang dipamerkan dalam Singgahsana

Kampus ITS, ITS News —30Tidak seperti biasa, Plaza Dr. Angka dipenuhi oleh berbagai macam bentuk dan desain kursi selama dua hari sejak Kamis (18/12). Bukan tanpa tujuan, kursi-kursi itu merupakan buah karya mahasiswa Departemen Desain Interior angkatan 2018 yang sengaja dipertontonkan dalam pameran bertajuk Singgahsana.

Singgahsana, berasal dari kata asli yakni singgasana yang berarti tempat duduk penguasa atau raja. Ferdy Pradipta Zulfaninata, salah satu mahasiswa Departemen Desain Interior angkatan 2018 menjelaskan, singgasana ini merupakan representasi dari pameran kursi yang digelar oleh angkatannya. “Jadi Singgahsana maksudnya adalah ajakan untuk singgah atau mampir ke pameran kursi ini,” jelas Ferdy.

Bertandang ke pameran ini, pengunjung akan disuguhkan dengan 63 ragam bentuk dan desain kursi dengan fungsinya masing-masing. Ferdy menuturkan, pameran ini sengaja digelar sebagai syarat kelulusan mata kuliah eksplorasi mebel yang berfokus pada desain perabot tempat duduk. “Oleh karena itu, semua desain kursi yang dipamerkan idenya berasal dari mahasiswa Departemen Desain Interior sendiri,” imbuhnya.

Budaya nusantara pun dipilih untuk menjadi tema dari ide desain kursi-kursi ini. Mahasiswa dituntut untuk mengulik hasil cipta, rasa, dan karsa budaya di Indonesia kemudian mentransformasikan bentuknya ke dalam desain sebuah kursi. “Temanya budaya nusantara yang berarti sesuatu yang muncul dari kebiasaan manusia. Boleh dari makanan, rumah, atau pakaian. Intinya, hasil karya manusia,” terang mahasiswa berkacamata ini.

Dalam proses pembuatan, Ferdy mengaku bahwa ia dan teman-temannya membutuhkan waktu kurang lebih selama satu setengah bulan. Tahapan dimulai dari penggalian ide. Untuk menentukan ide, mahasiswa diminta untuk membuat 100 jenis desain yang berbeda. Dari 100 desain itu akan dipilih tiga atau lima desain yang dikembangkan lebih lanjut. “Setelah melalui proses asistensi desain, terpilihlah satu desain yang menjadi desain akhir,” lanjutnya.

Tidak berhenti sampai disitu, mahasiswa yang juga aktif sebagai pembawa acara ini mengungkapkan, tiap mahasiswa harus mengeksekusi desain kursinya melalui kerja sama dengan pengrajin. “Di proses inilah mahasiswa harus mampu menyampaikan gambar tekniknya pada pengrajin agar hasilnya sesuai dengan desain yang diinginkan,” katanya.

Ferdy menyampaikan, untuk material yang digunakan sebagai bahan baku kursi ini haruslah material yang berasal dari alam. Material alami tersebut antara lain rotan, kayu, dan bambu. “Boleh menggunakan material yang lain, namun porsinya tidak sebanyak material utamanya,” jelas Ferdy.

Mahasiswa yang berasal dari Kalimantan Timur ini pun mengatakan, ia dan teman-temannya menghadapi beberapa tantangan dalam proses pembuatan. Salah satunya adalah karena penggunaan material yang beragam. Tidak hanya material alami, namun ada juga yang menggunakan material lain seperti besi dan kain. “Oleh sebab itu pengrajin yang diajak bekerja sama pun ada yang lebih dari satu. Karenanya, mahasiswa harus melakukan kontrol produksi ke banyak pengrajin,” imbuhnya.

Tantangan yang lain timbul ketika tempat para pengrajin itu tersebar di beberapa tempat yang relatif jauh dari ITS. Ada mahasiswa yang harus pulang pergi ke Wiyung, Gresik, atau Sidoarjo untuk melakukan kontrol produksi. “Belum lagi kalau pengrajinnya banyak. Ada yang harus ke pengrajin besi lalu ke pengrajin kayu,” ungkap Ferdy.

Setelah pameran usai, Ferdy menjelaskan bahwa tidak menutup kemungkinan buah karya mahasiswa berupa kursi tersebut dapat dikomersialkan. Menurutnya, dari segi produk sudah siap. “Kalau memang ada peminat untuk membeli, kita sangat terbuka,” pungkasnya. (ra/qin)

Pengunjung pameran yang dijelaskan mengenai Mehonjo, kursi yang terinspirasi dari bentuk Rumah Lamin Suku Dayak

Berita Terkait