ITS News

Senin, 18 November 2024
23 Januari 2020, 13:01

Rancang Sepeda Pasca Stroke, Dosen ITS Bantu Pasien Beraktivitas

Oleh : itschi | | Source : ITS Online

Sepeda pasca stroke SeraITS saat dilakukan uji fungsi di bengkel.

Kampus ITS, ITS NewsMenciptakan karya nyata yang bermanfaat bagi masyarakat merupakan salah satu upaya yang terus dilakukan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Salah satu inovasi tersebut hadir dari tangan Prof Dr Ir I Made Londen Batan MEng. Dosen Departemen Teknik Mesin ITS ini menciptakan Sepeda Roda Tiga ITS (SeraITS) sebagai alat bantu terapi bagi pasien pascastroke.

Menurut Londen, sapaan akrabnya, besarnya peluang tingkat depresi serta banyaknya keinginan penderita pasca stroke untuk beraktivitas di luar rumah, mendorongnya untuk menciptakan produk SeraITS. “Tak seperti alat bantu terapi pada umumnya yang bersifat statis, SeraITS menampilkan warna berbeda karena bersifat dinamis,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, lanjut pria berkacamata tersebut, pasien pasca stroke dapat lebih mudah berpindah tempat dan beraktivitas di luar rumah tanpa bantuan orang lain. “Dengan begitu, SeraITS dapat membantu mempercepat pelenturan otot kaki dan tangan pasien yang mengalami stroke,” imbuhnya.

Londen mengungkapkan, ia melakukan pengembangan SeraITS selama enam tahun dan telah bekerja sama dengan CV Smartech2007 Surabaya dalam pembuatan prototipe. “Setiap tahunnya, saya bersama tim melakukan pengembangan dan merancang satu buah sepeda,” tambah Kepala Laboratorium Perancangan dan Pengembangan Produk (P3) Teknik Mesin ITS tersebut. 

Londen melanjutkan, sepeda yang telah ia rancang akan dilakukan pengujian. Untuk seluruh pengujiannya dilakukan di Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Surabaya dan berada di bawah pengawasan para dokter ahli. “Pengujian dilakukan dengan prosedur khusus yang telah dikembangkan dari standar rehabilitasi stroke Rumah Sakit di Indonesia,”  ujar pria yang mendapatkan gelar profesornya di University of Paderborn, Germany.

Londen menjabarkan, ia mengawali penelitiannya dengan mencari tahu kebutuhan penderita stroke dengan metode proses desain konvensional. Kemudian ia mulai mempersiapkan persyaratan transportasi manual, merancang sepeda se ergonomis mungkin, dan membuat prototipe. “Langkah terakhir, saya melakukan uji sepeda dengan penderita pasca stroke sebagai respondennya,” jelas pria yang lahir di Denpasar pada enam November 1958 tersebut

SeraITS, terang Londen dirancang dengan tiga buah roda. Satu roda di bagian depan, dan dua roda di bagian belakang. Tak seperti sepeda pasca stroke pada umumnya, SeraITS menonjolkan sisi ergonomis yang memudahkan pasien dalam penggunaannya, seperti bentuk dan ukuran rangka yang disesuaikan dengan kondisi umum penderita stroke. “SeraITS juga dilengkapi tempat duduk dan pedal pengayuh dengan standar keamanan tinggi,” tuturnya.

Sebagai satu-satunya inovasi anyar yang belum pernah dikaji, Londen telah mengusulkan tiga buah produk paten SeraITS ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) sebagai inovasi yang berasal dari ITS. “Tahun 2019 merupakan tahun terakhir pengujian kami (Londen dan tim, red). Selanjutnya kami sedangmencari partner industri sepeda agar dapat memproduksinya secara massal,” ungkap Londen dengan antusias kepada Tim Redaksi ITS Online.

Bak gayung bersambut, para responden pasien pasca stroke RSU Haji Surabaya turut antusias dengan kehadiran sepeda tersebut. Menurut Londen, rata-rata responden berharap dapat memiliki sepeda tersebut. “Namun masalahnya adalah harga produksi SeraITS yang masih tinggi akibat bentuk rangka dan aksesorisnya yang belum memenuhi standar,” paparnya.

Oleh sebab itu, dengan melibatkan 18 mahasiswa Sarjana (S1) dan lima mahasiswa Magister (S2) serta lima dosen dalam penelitiannya, Londen ingin melakukan pengembangan kembali dengan penambahan alat ukur dan diagnosis pada sepeda. “misalnya dashboard di stang yang yang berisi informasi tentang denyut nadi/detak jantung, kecepatan sepeda, serta volume oksigen pengayuh/penderita,” jelasnya.

Sepeda konvensional ini diharapkan menjadi titik awal dari pengembangan alat bantu terapi stroke dengan bantuan motor sebagai penggerak. Dengan diproduksinya SeraiITS secara massal, pasien dapat melakukan terapi fisik, serta dapat melakukan aktivitas atau bergerak dengan lebih mudah.. “Saya juga berharap dapat mengemangkannya menjadi E-SERAITS yakni sepeda pasca stroke dengan penggerak elektro motor dan manual,” pungkasnya. (chi/qin)

Evaluasi akhir dari serangkaian pengujian SeraITS.

Berita Terkait