Kampus ITS, Opini – Mengawali tahun 2020, dunia digemparkan oleh isu meletusnya Perang Dunia Ketiga. Sikap kedua negara yang berseteru menjadikan isu ini dirasa semakin nyata. Namun. menjamurnya meme perang dunia di media sosial mengundang pertanyaan bagi saya, pantaskah masalah ini dijadikan bahan candaan?
Tagar World War III (WW3) menjadi viral usai tindakan yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Iran. Diketahui, penyerangan yang terjadi pada 3 Januari 2020 itu berhasil menewaskan Mayor Jendral Pasukan Pengawal Revolusi Islam (IRGC), Qassem Soleimani.
Semenjak kejadian tersebut, dunia dibuat geger dengan kabar Perang Dunia Ketiga yang akan segera dimulai. Seiring memanasnya kondisi ini, warganet punya cara tersendiri untuk memberi tanggapan. Salah satunya, dengan membuat meme terkait perang dunia.
Gambar di atas hanya sebagian contoh dari banyaknya meme yang bertebaran di dunia maya. Tidak dapat dipungkiri, meme tersebut dapat menggelitik perut kita, pun tak sedikit yang relatable dan harmless. Namun, tidak semua orang merespon dengan cara yang sama.
Banyak orang merasa, menjadikan perang dunia sebagai lelucon untuk menenangkan diri bukanlah hal yang tepat. Anggapan itu muncul, karena masih banyak yang menderita trauma akibat pengalaman perang yang dialaminya.
Berdasarkan video yang diunggah oleh channel Youtube Fine Brothers Entertainment (FBE) berjudul Teens and Parents React to WORLD WAR 3 MEMES, dapat dilihat bahwa setiap orang memiliki tanggapan yang berbeda mengenai perkara ini. Dalam video tersebut, seorang reactor mengatakan bahwa meme merupakan cara anak muda untuk mengatasi rasa takut atas kemungkinan adanya perang dunia. Mereka mengatakan bahwa warganet bukan menganggap remeh masalah ini tetapi berusaha melihat cahaya di dalam kegelapan.
Namun, sebagian reactor mengatakan, beberapa dari meme tersebut bisa terkesan mengabaikan keseriusan yang ada. Cuitan dari beberapa pengguna Twitter yang ditunjukkan dalam video itu memperlihatkan kemarahan terhadap orang yang membuat meme tersebut. Dalam cuitan tersebut dikatakan, banyak orang merasa ketakutan terhadap kemungkinan adanya perang. Trauma yang diakibatkan oleh adanya perang merupakan hal serius yang bisa dialami seseorang.
Beberapa komentar warganet menyatakan, mereka yang tinggal atau berada di bagian Timur Tengah merasakan ketakutan yang sangat mendalam terhadap hal ini. Komentar-komentar tersebut juga mengatakan bahwa mereka yang berada di sana tidak bisa menjalani kehidupannya dengan tenang, selalu waspada. Dengan banyaknya konflik yang terjadi disana, WWIII tentu akan menambah ketakutan mereka disana.
Kemampuan kita untuk bisa membuat lelucon akan sesuatu yang sangat serius seperti ini merupakan sebuah anugerah. Kita yang tidak melihat secara langsung kematian seseorang membuat kita mudah menjadikan hal ini sebagai bahan candaan. Namun, mereka yang berada di Timur Tengah kesulitan melakukan hal ini. Sebab, jika benar terjadi perang, mereka yang benar-benar mengalami kerugian.
Menemukan cara untuk bisa mengatasi rasa takut terhadap sesuatu bukanlah hal yang salah. Namun, jadilah lebih sensitif dan lebih peka terhadap bagaimana metode yang kita lakukan dapat berpengaruh terhadap orang lain. Terutama, pada permasalahan yang jika benar terjadi akan merenggut banyak jiwa di beberapa belahan dunia.
Ditulis oleh :
Muhammad Miftah Fakhrizal
Mahasiswa Departemen Teknik Sipil
Angkatan 2019
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)