ITS News

Senin, 18 November 2024
11 Februari 2020, 16:02

Kupas Potensi Pariwisata Jawa Timur Melalui Kacamata Geosaintis

Oleh : | | Source : ITS Online

 

Dra Endang Prasanti MM saat memaparkan materi dalam acara Experience Sharing Knowledge

Kampus ITS, ITS News Geowisata menjadi salah satu aspek yang diperhitungkan oleh pemerintah. Hal itu mengacu pada kontribusinya terkait peningkatan ekonomi daerah dan peningkatan nilai tambah dari sebuah situs geologi. Menilik hal itu, Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI) mengadakan kegiatan Experience Sharing Knowledge (ESK) yang membahas mengenai aspek geoheritage dan geoarkeologi untuk situs pariwisata Jawa Timur pada 13 Desember lalu.

Dra Endang Prasanti MM, menjelaskan bahwa Jawa timur sejatinya memiliki potensi pariwisata dalam jumlah yang besar.  Saat ini, beberapa situs pariwisata tersebut sudah mulai digalakkan promosinya. Selain itu, dari sisi warisan geologinya (geoheritage), situs pariwisata Jawa Timur pun memiliki nilai ilmiah tinggi, langka, unik, dan indah.

Wanita yang akrab disapa Endang ini juga menyebutkan beberapa contoh geoheritage seperti Lumpur Sidoarjo (Lusi), Kompleks Bromo Tengger, Vulkano Ijen, Sabana Baluran, dan lainnya. “Lusi memiliki potensi besar untuk menjadi cagar budaya,” ujar wanita yang menjabat di Bidang Cagar Budaya & Sejarah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur ini.

Handoko Teguh Wibowo ST MT saat mengupas materi tentang Lumpur Sidoarjo

Mengupas lebih dalam tentang Lusi dari sisi geoheritage, menurut Handoko Teguh Wibowo ST MT, Lusi itu berada di kawasan yang menarik. Letaknya berada dekat vulkanik kompleks dan gunung lumpur. Setelah bertahun-tahun, di sekelilingnya terbentuk beberapa geowisata yang menarik pula. “Terdapat pulau hasil endapan lumpur yang biasa disebut Pulau Lusi dan Delta Porong,” ungkap Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) wilayah Jawa Timur ini.

Kemudian, jika ditilik dari sisi geoarkeologi, Lusi juga tidak kalah menarik. 500 tahun yang lalu, peneliti memprediksi bahwa garis pantai yang ada tidak sama dengan keadaan saat ini.  Hal itu disebabkan oleh penemuan fosil-fosil kerang di sekitar daratan Porong saat ini. Posisi geografis di sekitar Porong pada waktu itu bisa jadi merupakan laut. “Hal tersebut bisa menjadi alasan kemunduran daerah kerajaan di sekitar Porong,” papar Handoko.

Lebih lanjut, Dr Ir Amien Widodo MSi juga membahas aspek geoarkeologi untuk lingkup Jawa Timur. Provinsi ini sudah lama terkenal dengan Kerajaan Majapahit nya. Hal tersebut tampak dari peninggalan-peninggalan bangunan bersejarah kerajaan berupa candi, prasasti, dan sebagainya. “Banyak juga situs lain seperti Prasasti Cunggrang, Situs Sumber Besi, Sumber Tetek, dan lainnya,” jelas dosen Departemen Teknik Geofisika ITS itu.

Dr Ir Amien Widodo MSi sebagai salah satu pemateri dalam acara Experience Sharing Knowledge

Sepakat dengan pernyataan Amien, Endang kembali menambahkan bahwa ada beberapa pergeseran pemanfaatan beberapa situs peninggalan itu. Dahulu dimanfaatkan sebagai sarana keagamaan, namun sekarang lebih pada urusan komersial seperti wahana wisata budaya. Maka dari itu, perlu untuk selalu merawat dan melestarikannya. “Dapat dengan cara membuat regulasi dan mengembangkan melalui diskusi-diskusi seperti seminar ini,” imbuhnya.

Bagi Almira Mahsa, ketua acara seminar ini, menekankan bahwa sangat penting untuk mengupas hal-hal seputar pemahaman dan nilai jual geoheritage maupun geoarkeologi. Hal tersebut bisa menjadi satu kesatuan destinasi geowisata yang menarik. “Wisatawan akan dapat merasakan pengalaman berwisata yang berbeda dan semakin menarik minat wisatawan,” papar Mahasiswa S2 Teknik Geofisika itu.

Sehingga menurut Almira, sapaan akrabnya, acara kolaborasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS) ini sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah untuk meningkatkan sektor pariwisata yang ada di Jawa Timur. ”Dapat menjadi jalan pergerakan dalam menjadikan geowisata di Jawa Timur untuk dapat lebih berkembang,” pungkasnya. (ai/qin)

Berita Terkait