Kampus ITS, ITS News — Mahasiswa dituntut untuk selalu kritis akan suatu hal, terutama masalah kesehatan. Terlebih bagi umat muslim yang sering menjumpai aspek kesehatan pada Alquran. Berangkat dari hal tersebut, Lembaga Dakwah Departemen Teknik Lingkungan Al-Kaun mengadakan Kajian Rutin (Karunia) yang mengusung topik Divine Guidance: Tuntunan Alquran dan Sunnah dalam Ranah Kesehatan. Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Sidang Departemen Teknik Lingkungan, Rabu (12/2).
Saat membuka dialog, M Reza Affandi, Dokter muda di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo Surabaya, memaparkan bahwa dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, manusia seringkali tertipu dengan nikmat kesehatan dan waktu luang. Sebagai manusia, kita harus lebih memperhatikan nikmat kesehatan yang telah diberikan oleh Allah dengan cara menjaga dan mengobatinya apabila terkena suatu penyakit.
Berobat merupakan suatu ikhtiar yang dilakukan ketika tubuh mendapatkan sebuah penyakit. “Berobatlah dengan orang yang memiliki ilmu sesuai bidangnya, bukan hanya dengan orang yang dipercaya saja,” ujar lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini.
Sejauh ini, masih banyak masyarakat Indonesia yang berusaha mengobati penyakitnya dengan metode alternatif saja. Selain didorong oleh rasa penasaran, mereka juga memiliki kepercayaan masing-masing mengenai metode pengobatan alternatif ini. “Sebagai contoh yaitu kemampuan pengobatan Ponari dengan batu ajaibnya sampai yang terbaru yaitu Ningsih Tinampi dengan kemampuan supranaturalnya,” tambahnya.
Banyak mitos-mitos kesehatan yang sering disangkut pautkan terhadap agama. “Sebagai mahasiswa, kita harus lebih kritis dan mencari pengkajian ulang apakah itu benar menurut medis atau tidak,” papar lelaki peraih Top Five Indonesian Most Outstanding Undergraduate Student 2018 ini.
Sebagai gambaran, Reza menyimpulkan bahwa kedokteran itu bersifat objektif sedangkan agama itu cenderung bersifat subjektif. Informasi umum tentang kesehatan sudah ada dalam Alquran dan hadis. Informasi tadi kemudian diperjelas lagi oleh ilmu pengetahuan di dunia kedokteran.
Lebih lanjut, Untuk mendapatkan sebuah dugaan awal tentang penyakit, obat, maupun penyelesaian kasus tertentu, seorang dokter harus melakukan setidaknya beberapa metode dasar. “Diantaranya yaitu penelitian, statistical significance, medical bias, dan farmakologi dalam mempertimbangkan penggunaan obat yang efektif, aman, dan rasional,” tutur lelaki yang pernah lolos seleksi mahasiswa berprestasi tingkat nasional tahun 2018 ini.
Tak hanya sampai di situ, di akhir penjelasannya Reza mengungkapkan bahwa kita harus mengingat salah satu hadis riwayat Ahmad yang berbunyi, “Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit kecuali menurunkan pula obatnya”. Tetap berikhtiar merupakan jalan yang bisa kita tempuh dengan berpedoman pada Alquran yang sudah tertulis jelas dan tidak akan berubah, terutama ilmu kedokteran yang terus dikembangkan lagi. (zar/lut)
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi